Rusia Jual Vaksin Covid-19 ke Pasar Internasional Tahun Depan, Harganya Tergolong Murah
MOSKOW, iNews.id - Rusia berencana memproduksi lebih dari satu miliar dosis vaksin Covid-19 Sputnik V untuk dijual ke luar negeri serta pemakaian dalam domestik. Harga jual Sputnik diklaim salah satu yang termurah.
Vaksin Sputnik V diklaim memiliki tingkat efektivitas mencapai 95 persen berdasarkan analisa data uji coba kedua. Kepala Dana Kekayaan Kedaulatan (RDIF) Rusia, Kirill Dmitriev, mengatakan Moskow dan mitra asingnya memiliki kapasitas untuk membuat lebih dari satu miliar dosis mulai tahun depan, cukup untuk memvaksinasi lebih dari 500 juta orang di dunia.
Pemerintah Rusia akan menjual satu dosis vaksin Sputnik V kurang dari 10 dolar AS (Rp140.000), demikian yang diumumkan melalui akun Twitter resmi Sputnik V dikutip dari Strait Times pada Selasa (24/11/2020).
Harga pasar internasional Sputnik V lebih murah daripada beberapa produk vaksin lain yang dikembangkan negara Barat seperti vaksin produksi Pfizer-BioNTech yang akan dijual seharga 15,5 Euro (Rp260.000) per dosis. Sementara vaksin yang diproduksi AstraZenca harganya diperkirakan 2,5 Euro (Rp42.500) satu dosis.
Sebagai informasi, setidaknya dibutuhkan dua injeksi vaksin untuk satu individu sesuai dengan rekomendasi medis.
Alasan Rusia jual vaksin dengan harga murah
Dmitriev mengatakan Rusia sengaja menurunkan harga jual Sputnik V agar bisa terjangkau oleh sebanyak mungkin orang di seluruh dunia.
"Sputnik V akan dua kali atau lebih lebih murah daripada vaksin mRNA dengan tingkat kemanjuran yang sama," ujarnya.
Penentuan harga vaksin Sputnik V berdasarkan pada vaksin mRNA yang telah ditentukan harganya sementara uji klinis fase ketiga obat tersebut sedang berlangsung.
Rusia pada Agustus lalu menjadi negara pertama yang mendaftarkan vaksin Covid-19, tetapi khasiatnya masih diraguan karena belum merampungkan prosedur uji klinis skala besar.
Vaksin menjadi harapan terakhir warga dunia untuk mengakhiri pandemi Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 20 juta orang serta menewaskan lebih dari 2 juta orang.
Editor: Arif Budiwinarto