Rusia Rencanakan Pengembangan Kapal Selam Baru, Panjang namun Tak Terdeteksi Radar
MOSKOW, iNews.id - Pemerintah Rusia tengah mengembangkan kapal selam baru. Ukuran kapal selam ini sangat panjan mencapai 72 meter namun tidak terlihat oleh radar.
Sebuah perusahaan milik pemerintah Rusia telah meluncurkan rencana untuk membangun kapal selam besar yang tidak terdeteksi radar, Strazh 2.0. Kapal ini memiliki bobot 1.300 ton.
Kapal itu nanti akan berpatroli di lautan dan dapat diubah dalam mode tempur dengan cepat. Kapal akan dirancang multi-fungsi untuk menekan biaya sehubungan dengan pemotongan pengeluaran untuk anggaran militer negara setelah efek ekonomi akibat Covid.
Kapal selam itu akan didasarkan pada versi lain dari kapal selam Guardian yang sedang dikerjakan oleh perusahaan tersebut.
Rencana untuk membangun kapal selam Strazh 2.0 diumumkan oleh perusahaan Biro Desain Rubin milik negara pekan ini.
Berdasarkan data awal menunjukkan, kapal bawah laut akan mampu mencapai kecepatan 21 knot yang dicapai dengan memasang pembangkit listrik besar dan bekerja untuk mengurangi hambatan saat berada di posisi permukaan.
Perusahaan mengklaim, Strazh 2.0 akan dapat keluar dari deteksi radar berkat bentuknya.
“Kontur baru dengan busur depan yang membelah gelombang dan sisi miring mengurangi gerakan bergulir, meningkatkan kemantapan kapal sebagai platform senjata dan memotong tanda radar," tulis perusahaan.
Selain itu, kapal diklaim dapat digunakan untuk melakukan latihan dengan pasukan anti-kapal selam dan melatih awak kapal selam klasik. Kapal memiliki jangkauan operasional 4.000 mil laut dengan kecepatan 10 knot yang dapat ditingkatkan jika perlu.
Perusahaan itu juga mengatakan, kapal selam itu mampu berpatroli di wilayah pesisir Rusia. Kapal dapat dengan cepat diubah ke dalam mode tempur jika konflik muncul.
Belum jelas sudah pada tahap apa prototipe kapal selam itu saat ini. Selain itu, juga belum ada timeline yang dijelaskan.
Rencana baru itu muncul saat ketegangan terus meningkat pada kemungkinan invasi Ukraina oleh pasukan militer Rusia.
Presiden Vladmir Putin pada Selasa (15/2/2022) bersikeras tidak ingin meciptakan perang di Eropa setelah Amerika Serikat dan Inggris sama-sama menginstruksikan warganya untuk meninggalkan Ukraina atas ancaman tentara Rusia memasuki wilayah tersebut.
Editor: Umaya Khusniah