MOSKOW, iNews.id – Rusia akan mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif. Menurut Duma Negara (DPR Rusia), pencabutan itu disebabkan oleh sikap Amerika Serikat yang tidak bertanggung jawab terhadap keamanan global.
Dengan dicabutnya ratifikasi perjanjian tersebut, Rusia ke depannya bakal dapat melakukan uji coba senjata nuklir tanpa hambatan.
Pelaku Penembakan Massal Pantai Bondi Adalah Ayah dan Anak asal Pakistan
Presiden Vladimir Putin, yang awal bulan ini menyarankan agar Rusia mencabut ratifikasi perjanjian yang diteken pada 1996 itu. Alasannya, Washington DC sampai hari ini belum juga meratifikasinya.
“Demi menjamin keamanan negara kami, kami menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif,” kata Ketua Duma Negara, Vyacheslav Volodin, menjelang pemungutan suara parlemen mengenai pencabutan ratifikasi itu, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/10/2023).
Presiden Rusia Vladimir Putin Tiba Beijing, Besok Bertemu Presiden China Xi Jinping
Volodin mengatakan, meskipun Rusia telah meratifikasi perjanjian tersebut pada 2000, AS pada kenyataannya gagal meratifikasinya karena sikap Washington DC yang tidak bertanggung jawab terhadap masalah keamanan global.
“Federasi Rusia akan melakukan segalanya untuk melindungi warganya dan menjaga keseimbangan strategis global,” kata Volodin.
Vladimir Putin Dukung Proses Pembentukan Negara Palestina Dilanjutkan
Meskipun Rusia mencabut ratifikasinya, Rusia akan tetap menjadi penandatangan dan akan terus bekerja sama dengan organisasi perjanjian larangan uji coba dan sistem pemantauan global yang memperingatkan dunia akan adanya uji coba apa pun terkait senjata nuklir.
Rusia Bantah Langgar Sanksi PBB soal Korea Utara
Dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Rusia, Amerika Serikat, ataupun China dapat mengindikasikan dimulainya perlombaan senjata nuklir baru antara negara-negara besar yang menghentikan uji coba nuklir bertahun-tahun pascaruntuhnya Uni Soviet pada 1991.
Bagi banyak ilmuwan dan aktivis, banyaknya uji coba bom nuklir selama Perang Dingin menunjukkan kebodohan dari tindakan ambang batas nuklir yang pada akhirnya dapat menghancurkan umat manusia dan mencemari planet ini selama ratusan ribu tahun.
Akan tetapi, konflik di Ukraina telah meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Washington DC ke tingkat tertinggi sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Sementara Beijing berupaya untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya agar sesuai dengan status China sebagai negara adidaya yang sedang berkembang.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku