Rusia Tingkatkan Serangan Jelang HUT Kemerdekaan Ukraina, Zelensky Ngadu ke Erdogan
KIEV, iNews.id - Pasukan Rusia meningkatkan intensitas serangan di Ukraina sejak beberapa hari terakhir. Kondisi ini memicu kekhawatiran Presiden Volodymyr Zelensky bahwa Rusia akan terus membombardir wilayahnya menjelang peringatan HUT Ke-31 Kemerdekaan Ukraina pada Kamis (24/8/2022).
Sepanjang akhir pekan kemarin pasukan Rusia Odessa, kota pelabuhan di Laut Hitam, dengan rudal. Kemudian hari ini giliran Nikopol, kota di dekat Zaporizhzhia, yang menjadi sasaran serangan artileri.
Zelenskiy telah menyerukan kewaspadaan, dengan mengatakan Moskow dapat mencoba "sesuatu yang sangat buruk" menjelang Rabu, yang menandai Hari Kemerdekaan Ukraina dan juga setengah tahun sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Dalam pesan video pada Minggu (21/8/2022) malam, Zelensky mengatakan telah memberi tahu soal potensi serangan besar-besaran Rusia kepada para pemimpin dunia, yakni Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Sekjen PBB Antonio Guterres.
"Semua mitra Ukraina telah diberi tahu tentang apa yang bisa disiapkan negara teroris pekan ini," kata Zelensky, seperti dilaporkan kembali Reuters, Senin (22/8/2022).
Lebih lanjut Zelensky mengatakan, Rusia juga melanjutkan penangkapan para pejuang di Mariupol, kota yang sudah diduduki pasukan Beruang Merah. Menurut dia, langkah yang dilakukan Rusia itu melanggar aturan internasional dan semakin jauh dari upaya negosiasi.
"Jika persidangan dari pertunjukan tercela ini berlanjut, maka bisa menjadi batasan di mana negosiasi tidak mungkin lagi dilakukan. Tidak akan ada lagi pembicaraan. Negara kita telah mengatakan segalanya," katanya.
Surat kabar The Financial Times, mengutip pernyataan Duta Besar Rusia untuk PBB di Jenewa, Swiss, Gennady Gatilov, melaporkan Erdogan mencoba untuk memfasilitasi kembali dialog.
Namun dia menepis spekulasi mengenai rencana pembicaraan antara Zelensky dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Tidak ada dasar untuk menggelar pertemuan itu," kata laporan itu.
Editor: Anton Suhartono