Sah! Misi Pasukan Penjaga Perdamaian UNIFIL di Lebanon Selesai Tahun Depan
NEW YORK, iNews.id - Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui resolusi untuk mengakhiri misi pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di Lebanon pada akhir 2026. UNIFIL telah bertugas setelah hampir 50 tahun.
UNIFIL dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan setelah invasi Israel pada 1978. Namun misinya diperluas pada 2006 setelah perang sebulan antara Israel dengan kelompok Hizbullah.
Proses penarikan 10.800 personel serta peralatan militer dan sipil segera dimulai setelah berkonsultasi dengan pemerintah Lebanon. Seluruh pasukan dan peralatan akan ditarik dalam setahun.
Draf resolusi menyatakan, tujuan utama penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB adalah menjadikan pemerintah Lebanon sebagai satu-satunya penyedia layanan keamanan di wilayah selatan yang dikenal sebagai Garis Biru.
Selain itu, draf juga menyerukan Israel untuk menarik seluruh pasukannya dari utara Garis Biru.
Pasukan multinasional telah memainkan peran penting dalam memantau situasi keamanan di Lebanon selatan, termasuk selama perang Israel-Hizbullah pada 2024. Namun kehadiran UNIFIL juga menuai kritik dari kedua pihak serta banyak anggota Kongres AS, terutama para pendukung Presiden Donald Trump.
Para pejabat politik yang ditunjuk pemerintahan Trump berkeinginan untuk menghentikan misi UNIFIL sesegera mungkin dan memangkas anggaran pemerintah untuk misi tersebut. Mereka menganggap operasi UNIFIL sebagai pemborosan dana yang hanya menunda tujuan untuk menghilangkan pengaruh Hizbullah serta mengembalikan kendali keamanan penuh kepada angkatan bersenjata Lebanon.
Namun Pemerintah Lebanon menegaskan, pasukannya belum mampu mengambil kendali penuh keamanan di wilayah selatan.
Sementara itu negara-negara Eropa, terutama Prancis dan Italia, keberatan dengan penghentian misi UNIFIL yang terlalu cepat. Mereka berpendapat mengakhiri misi penjaga perdamaian sebelum tentara Lebanon mampu mengamankan wilayah perbatasan sepenuhnya akan menciptakan kekosongan yang bisa dengan mudah dimanfaatkan Hizbullah.
Editor: Anton Suhartono