MAE SAM LAEP, iNews.id – Tujuh orang yang melarikan diri dari serangan udara militer Myanmar diizinkan menyeberang ke desa perbatasan Thailand, Selasa (30/3/2021). Di desa itu, mereka mendapat perawatan medis.
Sementara, sejumlah besar pelarian Myanmar lainnya diminta pihak berwenang Thailand untuk kembali ke tempat asal mereka.
6 Negara yang Melarang Anak-anak Menggunakan Media Sosial
Para aktivis menuduh Thailand sengaja mendorong mundur ribuan orang Myanmar yang mencoba melarikan diri dari tindakan keras junta militer terhadap para penentang kudeta 1 Februari lalu. Apalagi, Pemerintah Thailand memang memiliki hubungan baik dengan penguasa Myanmar.
Akan tetapi, otoritas Thailand membantah tuduhan para aktivis itu.
Thailand Bantah Tolak Pengungsi Myanmar yang Digempur Serangan Udara Pasukan Junta
Seorang pejabat kesehatan di Desa Mae Sam Laep, Thailand, mengatakan bahwa orang-orang Myanmar yang tiba dengan perahu melintasi Sungai Salween—yang menjadi batas kedua negara—berasal dari etnik Karen. Para pengungsi itu dalam kondisi terluka akibat kekerasan yang melanda kampung halaman mereka.
Akan tetapi, tentara Thailand mengirim kembali sebagian besar dari pengungsi itu ke Myanmar karena menganggap situasi di perbatasan masih aman, kata pejabat itu—yang berbicara secara anonim kepada Reuters.
Salah seorang warga Myanmar bernama Kyaw Lar Bri (48) mengatakan, dia terkena serpihan bom saat berlangsungnya serangan udara oleh militer Myanmar, Sabtu (27/3/2021). Dia lalu melarikan diri ke hutan, kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai ke Thailand (Desa Mae Sam Laep) bersama dengan enam orang lain yang juga terluka akibat perang.
“Situasi masih belum aman dan penduduk belum berani kembali ke desa,” ucap Kyaw Lar Bri, Selasa (30/3/2021).
Sementara, seorang perempuan Myanmar yang menerima perawatan di Thailand, tampak mengalami lecet di wajahnya.
Para aktivis pada Senin (29/3/2021) kemarin merilis video yang menunjukkan sejumlah orang menaiki perahu di tepi sungai di bawah pengawasan tentara Thailand.
Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-o-cha, membantah pihaknya telah memaksa orang-orang Myanmar yang mengungsi dari perang itu untuk kembali ke daerah asal mereka. Menurut dia, situasi perbatasan masih terbilang aman.
“Beberapa penduduk desa (Myanmar) datang (ke Thailand) dan kami bertanya ‘ada masalah apa?’ Mereka mengatakan ‘tidak (ada)’. Lalu (kami tanyakan lagi), ‘bisakah kalian kembali dulu (ke Myanmar)?’,” ucap Prayuth.
Menurut dia, kembalinya para pengungsi itu bersifat sukarela. Tidak ada paksaan dari militer Thailand.
“Kami tidak menodongkan senjata ke wajah mereka, kami bahkan berjabat tangan dan saling mendoakan. Itu kemanusiaan,” ujarnya.
“Jika benar-benar ada penderitaan, kami tidak dapat menolak mereka. Kami tentu juga tidak akan mengumumkan penyambutan mereka, bukan seperti itu,” kata Prayuth.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku