Sejak Awal Rusia Yakin Tindakan AS di Yerusalem Timbulkan Ketegangan
MOSKOW, iNews.id - Pemerintah Rusia mendesak negara-negara yang terlibat untuk menahan diri demi menghindari jatuhnya kembali korban di Gaza, Palestina. Sedikitnya 58 demonstran Palestina tewas dalam unjuk rasa menentang pembukaan kantor Kedubes AS di Yerusalem, Senin (14/5).
"Sejak awal, Moskow menyatakan keprihatinan bahwa tindakan-tindakan Amerika Serikat (AS) dapat menimbulkan ketegangan di Timur Tengah," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengacu pada pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS pada Desember lalu.
"Sayangnya, itulah yang terjadi," katanya, menambahkan.
Peskov menambahkan, Kremlin memantau situasi di perbatasan Gaza secara ketat. Tewasnya puluhan warga Palestina menimbulkan keprihatinan yang sangat dalam.
"Kami terus mempertimbangkan, semua pihak, semua negara, terutama kuartet (AS, Rusia, Uni Eropa, dan PBB), harus menghindari aksi apa pun yang dapat memprovokasi ketegangan seperti itu," ujarnya.
Sejak 2002, kuartet Timur Tengah sepakat mempromosikan upaya perdamaian Palestina-Israe, namun gagal menghasilkan apa pun.
Sementara itu, acara pembukaan Kedubes AS di Yerusalem, di antaranya dilakukan penasihat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menkeu Steven Mnuchin.
Uni Eropa menyuarakan keberatan atas langkah tersebut dan sebagian besar Duta Besar Uni Eropa di Israel memboikot acara tersebut.
Pemindahan kantor kedubes AS ke Yerusalem melanggar hukum internasional, yakni resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. Palestina lebih berhak menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
Editor: Anton Suhartono