Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Israel Terus Langgar Gencatan Senjata Gaza, Netanyahu Permalukan Trump
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah Jalur Gaza, Titik Panas Konflik Israel-Palestina

Senin, 20 November 2023 - 12:34:00 WIB
Sejarah Jalur Gaza, Titik Panas Konflik Israel-Palestina
Jalur Gaza luluh lantak setelah dibombardir Israel tanpa henti sejak 7 Oktober lalu. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Sejarah jalur Gaza penting untuk diketahui. Konflik yang terjadi di wilayah kantong Palestina itu mengundang perhatian banyak pemimpin dunia.

Jalur Gaza merupakan wilayah sepanjang 40 km dengan lebar 7 km yang dibatasi oleh sisi barat Laut Mediterania, sisi utara dan timur Israel, dan sisi selatan Mesir. Bagian barat Gaza diduduki Israel, tapi bagian lainnya juga dimiliki oleh Palestina. Perbatasan antara Israel dan Palestina di jalur Gaza ini hanya dibatasi oleh tembok dan pagar yang dibangun Israel.

Wilayah Gaza yang sebagiannya dimiliki dua negara berbeda ini memicu peperangan hebat yang merugikan satu sama lain. Kabarnya, konflik belasan tahun lalu ini masih sering diperdebatkan sampai sekarang. Bagaimana akar permasalahannya?

Sejarah Jalur Gaza

Perang Dunia I, setelah Kesultanan Ottoman berakhir, wilayah Gaza menjadi bagian dari mandat PBB untuk Palestina di bawah parlemen Inggris. Sebelum mandatnya berakhir, Majelis Umum PBB pada November 1947 menerima rancangan pembagian wilayah Gaza antara Palestina, Arab, dan Yahudi (Israel) dan setahun berikutnya setelah mandat itu usai, perang Arab dan Israel pertama kali dimulai. Pasukan Mesir menjarah kota Gaza yang dijadikan markas pasukan ekspedisi Mesir di Palestina. 

Perang itu mengakibatkan kedudukan Arab berkurang sebanyak 30 mil yang kemudian wilayah tersebut dikenal sebagai jalur Gaza. Perbatasannya ditentukan dalam agenda gencatan senjata antara Mesir dan Israel 1949 dan menyatakan jalur Gaza yang berada di bawah kekuasaan militer Mesir dari 1949 sampai 1967.

Isu ekonomi dan sosial di Gaza menjadi penyebab besar banyaknya pengungsi Arab-Palestina yang hidup dalam kemiskinan di kawasan kumuh. Pemerintah Mesir saat itu sampai tidak mengakui wilayah tersebut dan tidak mengizinkan penduduk sana sebagai warga negara Mesir maupun bermigrasi ke negara-negara Arab lainnya.

Juni 1967, sempat terjadi perang selama 6 hari di mana jalur Gaza berhasil direbut Israel yang menduduki wilayah itu selama 20 tahun lamanya. Pada 1987, kembali terjadi perseteruan antara warga Palestina di Gaza dengan pasukan Israel yang lagi-lagi memperebutkan wilayah Gaza. Tujuh tahun kemudian, Israel menandatangani Perjanjian Oslo yang mengalihkan otoritas pemerintahan di Gaza kepada Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Akhir 2000, kegagalan penerapan Perjanjian Oslo diikuti dengan pecahnya perseteruan hebat yang dimulai Israel. Tiga tahun kemudian, perdana menteri Israel mengumumkan penarikan tentara dan penduduk Israel dari jalur Gaza. Perpindahan tersebut selesai pada 2005. Jalur Gaza kembali dialihkan kepada Otoritas Palestina, meskipun Israel masih aktif berpatroli di perbatasan itu.

Hamas ambil alih kontrol atas Gaza

Pada 2006, Palestina menggelar pemilu. Hamas menjadi pemenang dengan perolehan suara 44,45 persen. Sementara pesaingnya, Fatah meraih 41,43 persen suara. Perpecahan antara kedua kelompok politik ini tak terelakkan, sehingga Hamas menguasai dan mendirikan pemerintahan di Jalur Gaza, sedangkan Fatah memerintah dari Tepi Barat.

Setelah Hamas mengambil alih Jalur Gaza dan membangun kabinet darurat pada 2007, wilayah tersebut menjadi tempat yang penuh kekerasan antarkelompok yang bersaing meskipun pemimpin Fatah, Mahmoud Abbas, saat itu berhasil membuat Hamas melepaskan posisinya di jalur Gaza, wilayah tersebut tetap berada di bawah kendali Hamas. Pada tahun yang sama, Israel menyatakan kegelisahannya terhadap Hamas yang mengambil alih jalur Gaza.

Pada 2008, Israel mengerahkan serangan-serangan ke pemukiman di bagian selatan Gaza dan menutupi perbatasannya melalui jalur Gaza. Setelah tindakan blokade Israel semakin kuat, pasukan Hamas menghancurkan sebagian pembatas di sepanjang perbatasan jalur Gaza-Mesir, yang ditutup sejak Hamas mengambil alih, sehingga membuat celah bagi warga Gaza untuk masuk ke wilayah Mesir. Untungnya, saat itu Hosni Mubarak selaku presiden Mesir membiarkan tindakan tersebut untuk meringankan kesulitan warga Gaza dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

Setelah bertahun-tahun Israel memblokade Gaza, muncul organisasi yang dikenal sebagai Gerakan Pembebasan Gaza dengan misi pertama mereka yang membawa kapal serta pasukan medis dan para aktivis yang sudah mendapat izin untuk mendatangi Gaza pada 2008. Pada tahun yang sama juga, terjadi gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang hanya berlangsung singkat karena keduanya saling menuduh menyulut konflik baru. Hamas juga tidak ingin memperpanjang perjanjian gencatan senjata yang resmi selesai di Desember.

Israel mulai melancarkan serangkaian serangan udara di Gaza pada 2012. Hamas membalas tindakan tersebut dengan serangan yang sama terhadap Israel sampai pertikaian antara keduanya berlangsung selama 7 hari lamanya dan mencapai perjanjian gencatan senjata lagi.

Konflik kembali berulang

Pascaperjanjian gencatan senjata tersebut, tiga warga sipil Israel dilaporkan diculik yang membuat Israel mengambil tindakan keras di Tepi Barat dan meluncurkan serangan udara di Jalur Gaza. Hal tersebut mengundang perhatian dan emosi Hamas yang kemudian membalas dengan meluncurkan serangan roket. Pertempuran mereka terjadi lagi hingga menewaskan 2 ribu warga Palestina dan 70 lebih warga Israel. 

Pertengahan 2018 setelah berbulan-bulan lamanya Israel dan Hamas terus-terusan mengerahkan serangan, Israel mulai melonggarkan tindakan blokadenya dengan maksud untuk mendorong perjanjian gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas. Di saat yang sama pula mulai hadir protes-protes mengenai peperangan mereka di sepanjang perbatasan yang diiringi kekerasan. Lagi-lagi dari aksi protes warga sipil itu, Israel dan Hamas kembali berseteru lagi selama beberapa bulan.

Mei 2021, Mahkamah Agung Israel memutuskan penggusuran puluhan warga Palestina di Yerusalem menimbulkan konfrontasi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina yang membuat Hamas melakukan serangan roket ke Yerusalem dan bagian selatan Israel dan dibalasnya dengan serangan yang sama di jalur Gaza.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan mulai dari serangan darat, laut, dan udara terhadap Israel. Ratusan warga Israel setelah serangan dari Hamas dikabarkan tewas dan hilang serta lebih dari 100 orang disandera. Tepat di hari esok, Israel menyatakan perang setelah sekian lama sejak Perang Yom Kippur 1973.

Demikian sejarah jalur Gaza yang membuat dua pihak, Israel dan Hamas, saling bertempur untuk waktu yang lama.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut