Sejumlah Negara Dibayangi Gelombang Kedua Covid-19, WHO: Bukti Infeksi Virus Tak Melemah
BEIJING, iNews.id - Gelombang kedua Covid-19 tengah menghantui sejumlah negara di dunia setelah munculnya banyak kasus baru dalam beberapa hari terakhir. Ini menjadi alarm peringatan bahwa virus tersebut tidak melemah.
Data terbaru yang dilansir AFP, per hari Minggu (14/6/2020) kemarin waktu setempat, tercatat 57 kasus baru Covid-19 di China termasuk 36 kasus infeksi domestik yang berasal dari dua pasar besar di kota Beijing.
Fakta tersebut mencuatkan kekhawatiran bagi pemerintah kota Beijing akan potensi epicentrum baru Covid-19 setelah kota Wuhan, tempat pertama kali virus yang menyerang pernapasan itu muncul pada Desember 2019.
Otoritas Beijing bergerak cepat guna mencegah terjadinya penularan lebih luas dengan cara melakukan tes massal di area publik, mengeluarkan larangan bepergian, menutup pasar, serta mengerahkan militer dan polisi di sekitar pemukiman warga untuk melakukan isolasi.
Hasilnya, dari lebih 10 ribu test yang sudah dilakukan di Beijing pada hari Minggu kemarin diketahui ada delapan kasus baru.
"Saya sempat mengunjungi pasar Xinfadi, jadi saya ingin memastikan bahwa saya tidak terinfeksi (Covid-19)," ujar perempuan 32 tahun bernama Guo yang tengah mengantri untuk test masal Covid-19 di stadion.
Selain di Italia, munculnya kasus baru Covid-19 juga dialami sejumlah negara di belahan bumi lainnya. Di Iran, tercatat ada 100 kasus baru virus mematikan tersebut dalam satu hari. Ini merupakan rekor infeksi terbanyak di negara Timur Tengah itu sejak 13 April lalu.
Sedangka di Italia, negara yang pernah jadi epicentrum Covid-19 di Italia pada April-Mei lalu, ditemukan ada dua cluster baru virus yang menyerang pernapasan tersebut. Roma mencatat kasus baru tertinggi dengan 109 terinfeksi termasuk lima orang tewas saat dirawat di rumah sakit. Sedangkan lima kasus terdeteksi di sebuah bangunan tempat tinggal para tunawisma.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tingkat infeksi Covid-19 di seluruh dunia belum menurun sejak diberlakukannya status pandemi oleh WHO pada Januari lalu. Jika tidak ditangani dengan maksimal maka ancaman gelombang kedua Covid-19 bisa merenggut lebih banyak nyawa.
"Tidak ada yang punya ilusi untuk seolah-olah bahwa masalah ini sudah selesai," kata Deputi Direktur WHO, Ranieri Guerra.
"Ini berarti virus itu tidak melemah daya infeksinya. Wabah mikro semacam ini tidak bisa dihindari, tetapi mereka bisa dibatasi dalam ruang dan waktu. Dan hari ini, kami memiliki alat untuk mencegah dan membatasi mereka," ujarnya.
Sampai berita ini diturunkan lebih dari tiga juta orang di seluruh dunia terinfeksi Covid-19 dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 430 ribu orang.
Editor: Arif Budiwinarto