DHAKA, iNews.id – Sejumlah pabrik garmen di Bangladesh memecat ratusan hingga ribuan pekerja mereka menyusul aksi protes buruh yang berlangsung sejak Oktober lalu. Para pekerja melakukan unjuk rasa untuk menuntut upah lebih tinggi.
Pemecataan ratusan karyawan garmen itu diungkapkan oleh tiga serikat pekerja setempat—yang mewakili sekitar 500.000 buruh—kepada Reuters, pekan ini. Pada waktu yang sama, banyak karyawan lainnya yang melarikan diri karena takut ditangkap.
Emas Menggerakkan Mesin Perang Putin dan Menjaga Rusia Tetap Bertahan
Bentrokan yang terjadi selama protes, bersamaan dengan demonstrasi antipemerintah yang lebih luas oleh pihak oposisi menjelang pemilihan umum 7 Januari, menewaskan empat pekerja dan melukai puluhan lainnya. Polisi pun tengah mengusut aksi vandalisme yang melibatkan ratusan orang tak dikenal dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Pemerintah Bangladesh pada bulan lalu sepakat untuk menaikkan upah minimum lebih dari 56 persen menjadi 12.500 taka (sekira Rp1,76 juta) per bulan. Akan tetapi, oleh banyak pekerja, nominal tersebut masih dianggap terlalu rendah.
Dua Kereta Tabrakan Adu Banteng di Bangladesh, 17 Orang Tewas
Bangladesh tercatat sebagai eksportir garmen terbesar kedua di dunia setelah China. Salah satu penyebab besarnya produksi garmen di Bangladesh adalah upah yang rendah untuk para buruh di negeri Asia Selatan itu.
Tiga serikat pekerja, yakni Federasi Pekerja Indstri dan Garmen Bangladesh, Federasi Pekerja Garmen Nasional, dan Dewan Persatuan Pekerja Garmen Bangladesh, memperkirakan bahwa ada 1.000 hingga 5.000 pekerja yang telah dipecat atau bersembunyi dalam dua bulan terakhir. Namun, Presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh, Faruque Hassan mengatakan, dia tidak mengetahui adanya pemecatan itu.
Ngeri, Demam Berdarah Dengue Tewaskan 691 Orang di Bangladesh
“(Kami) akan mengambil tindakan (terhadap perusahaan) jika ada insiden seperti itu yang kami ketahui,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Sementara Kementerian Tenaga Kerja Bangladesh tidak menanggapi permintaan komentar dari wartawan. Seorang pejabat senior polisi di Ashila (sebuah pusat garmen di Bangladesh), Momanul Islam mengatakan, pihaknya belum menangkap satu pun pekerja garmen yang ikut dalam demo buruh.
2 Pesawat di Bandara Bangladesh Rusak usai Berbenturan dengan Burung
Lebih dari 4.000 pabrik garmen di Bangladesh bergantung pada sekitar 4 juta buruh untuk memasok bahan pakaian untuk merek-merek besar Barat.
Pada Oktober, berbagai brand terkenal seperti Abercrombie & Fitch, Adidas, Levi Strauss, Puma, PVH, dan Under Armour mendesak Pemerintah Bangladesh untuk memastikan tidak ada tindakan represif terhadap para buruh yang menuntut upah yang adil.
Akan tetapi, Delowar Hossin, seorang pekerja garmen di Ducati Apparels, mengatakan bahwa dia telah dipecat awal bulan ini tanpa penjelasan atau pembayaran pesangon oleh perusahaan. “Saya baru saja dilarang memasuki pabrik,” kata Hossin, yang kini bekerja paruh waktu sebagai tukang batu.
Direktur pelaksana Ducati, Khayer Mia mengatakan, dia telah membayar gaji penuh meskipun aksi protes telah menutup pabriknya selama 10 hari. “Saya mencintai para pekerja dan pabrik saya seperti keluarga saya. Tetapi beberapa pekerja yang sangat sangat bodoh, tanpa alasan apa pun, mereka merusak semua (jendela) pabrik,” katanya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku