Selain Dilintasi Rudal, Pilot Indonesia Ceritakan Daratkan Pesawat dalam Kondisi Semua Lampu Mati
JAKARTA, iNews.id - Ada beberapa kisah menarik disampaikan Kapten Syahreza dalam perbicangan dengan YouTuber Vincent Raditya belum lama ini.
Selain pengalaman pesawatnya dilintasi rudal dari bawah saat membawa penumpang di negara konflik Timur Tengah, Syahreza juga membagi pengalaman mendaratkan pesawat dalam kondisi lampu dimatikan untuk menghindari tembakan senjata konvensional.
"Kalau landing, digelapi semua, kalau malam," ujarnya, kepada Kapten Vincent.
Pesawat, lanjut dia, harus mendarat dengan cara tak biasa yakni lebih menukik ke landasan.
"Kalau misalnya sudut pendaratan 3 derajat, ini lebih tinggi 3,5 sampai 4 derajat, lebih curam," tutur pria yang berpengalaman bekerja di 10 maskapai penerbangan dalam dan luar negeri itu.
Tujuannya, agar pesawat terhindar dari tembakan senjata konvensional yang bisa menjangkau ketinggian pesawat saat mendarat dekat bandara.
"Supaya orang-orang yang menggunakan senjata konvensional, yang bisa menjangkau ketinggian 1.000 sampai 2.000 kaki, paling tidak bisa kita hindari, karena sudah sering yang ditembak," ujarnya.
Menurut dia, senjata konvensional yang biasa digunakan adalah rocket propelled granade (RPG).
"Makanya kita sengaja, semua lampu kita matikan, blank lah. Dengan harapan mengurangi., bukan berarti enggak akan ditembak, tapi paling tidak mengurangi," kata pilot yang biasa menerbangkan berbagai jenis pesawat Airbus dan Boeing itu.
Soal perasaannya saat mendaratkan pesawat di daerah konflik, Syahreza mengaku takut. Namun risiko itu tetap harus diambil.
"Pasti takut, kalau tidak takut, bohong lah. Tapi karena kita positif, kita lakukan semua dengan standar yang ada. Kita juga dilatih kan. Sama saja kalau engine mati kita ngapain, banyak latihannya, ditambah lagi dengan pelatihan yang ini. Selain itu kita konsentrasi, jadi semakin sedikit takutnya. Setelah landing, sudah," ujarnya.
Perasaan takut yang sama akan datang lagi saat membawa pesawat lepas landas dari daerah konflik.
"Nanti take off juga sama, naik cukup tinggi supaya dengan cepat meninggalkan daerah konflik dan senjata-senjata konvensional tidak sampai (menjangkau)," kata Syahreza.
Editor: Anton Suhartono