Sepakat Damai dengan Azerbaijan, PM Pashinyan Dimusuhi Warga Armenia Dipuji Vladimir Putin
MOSKOW, iNews.id - Keputusan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, menandatangani kesepakatan damai dengan Azerbaijan dalam konflik Nagorno-Karabakh membuatnya jadi musuh publik. Namun, keberanian Pashinyan mendapat pujian dari Pemimpin Rusia, Vladimir Putin.
Armenia--yang diwakili PM Pashinyan--menandatangani perjanjian damai yang diperantarai oleh Rusia pada 9 November lalu. Kesepakatan itu menandai berakhirnya perang selama enam pekan memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.
Berdasarkan kesepakatan itu, Armenia menyerahkan tiga distrik di sekitar daerah kantong etnis Armenia selain empat distrik lainnya yang diklaim kembali oleh pasukan Azerbaijan selama pertempuran.
Langkah Pashinyan menuai kecaman keras dari warga dan pejuang Armenia. Mereka menyebut Pashinyan pengkhianat dan menggelar aksi demo menuntut dia turun dari jabatannya.
Berbicara dalam pertemuan konferensi video para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Moskow, Putin menyebut keputusan Pashinyan untuk mengakhiri konflik "perlu dilakukan meskipun menyakitkan".
"Mereka membutuhkan banyak keberanian pribadi dari perdana menteri," kata Putin dikutip dari Aljazeera, Kamis (3/12/2020) dini hari WIB.
"Tugas kami sekarang adalah mendukung perdana menteri dan timnya untuk memastikan perdamaian," lanjutnya.
PM Pashinyan jadi target pembunuhan
Pihak berwenang Armenia bulan lalu mengatakan mereka telah menggagalkan rencana pembunuhan perdana menteri.
Pashinyan, yang istri dan putranya berada di garis depan selama konflik, mengatakan kesepakatan damai adalah satu-satunya pilihan Armenia dan itu memastikan kelangsungan hidup Karabakh.
Rusia mengerahkan hampir 2.000 tentara penjaga perdamaian ke wilayah Nagorno-Karabakh sesuai dengan salah satu isi kesepakatan damai. Selama di Nagorno-Karabakh untuk lima tahun, tentara Rusia akan membantu memulihkan wilayah tersebut serta memastikan tidak terjadinya kontak senjata.
Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai milik Azerbaijan, namun mayoritas penduduk serta pemerintahannya dikuasai oleh separatis Armenia sejak perang 1990-an.
Editor: Arif Budiwinarto