Siapa Bilang Kereta di Jepang Jarang Terlambat, Ini Buktinya
TOKYO, iNews.id – Perjalanan kereta di Jepang dikenal di seluruh dunia dengan ketepatan waktunya. Tapi bukan berarti kereta di sana tak pernah terlambat. Sebuah laporan dari biro perkeretaan, kementerian transportasi Jepang, yang dirilis pada akhir Desember 2017 mengungkap frekuensi keterlambatan perjalanan kereta saat jam sibuk di ibu kota Tokyo.
Laporan yang baru pertama kali dipublikasikan ini semata-mata dibuat untuk kepentingan perbaikan di masa mendatang.
Data statistik menunjukkan keterlambatan perjalanan kereta, rincian penyebab, serta tindakan yang diambil oleh setiap operator atau perusahaan kereta. Seperti diketahui, tak seperti di Indonesia, di Jepang ada beberapa perusahaan kereta.
East Japan Railway merupakan perusahaan yang memiliki catatan paling buruk dalam keterlambatan kereta, yakni untuk Jalur Chou-Sobu dengan rata-rata per bulannya mengalami keterlambatan 19,1 hari kerja selama tahun fiskal 2017.Laporan ini dibuat hanya untuk perjalanan sejauh 50 kilometer dari pusat Tokyo. Demikian data kementerian transportasi, sebagaimana dikutip dari Japan Times, Selasa 16 Januari.
Data ini diperoleh berdasarkan laporan yang dibuat oleh setiap perusahaan atau operator kepada kementerian. Umumnya, keterlambatan yang dilaporkan terjadi pada pagi hari atau di jam sibuk.
Sebenarnya, mayoritas keterlambatan bukan disebabkan faktor internal atau dari pihak operator, namun eksternal.
Berdasarkan data, mayoritas keterlambatan perjalanan kereta yang terjadi di bawah 10 menit disebabkan oleh penumpang. Sebanyak 47,2 persen karena menunggu penumpang yang berlarian masuk ke rangkaian saat kereta akan berangkat, 16 persen karena pintu selalu dibuka-tutup akibat terganjal, serta 12,6 persen karena penumpang yang membutuhkan perawatan medis sehingga kereta harus berhenti lebih lama.
Demikian pula dengan keterlambatan dalam waktu lama yakni di atas 30 menit. Sebanyak 43,6 persen disebabkan aksi bunuh diri di rel yang menyebabkan kereta harus berhenti. Lalu, 21,8 persen karena gangguan akibat pelanggaran di rel serta perilaku lainnya yang mengganggu operasional perjalanan kereta.
Kementerian menjelaskan, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengurangi waktu keterlambatan karena penyebab-penyebab itu di luar kendalinya. Dicontohkan, aksi bunuh diri yang datang tiba-tiba tanpa bisa diperkirakan.
Meski demikian kementerian terus melakukan terobosan untuk memangkas waktu keterlambatan.
Seorang jurnalis spesialis di bidang perkerataan Jun Umehara mengatakan, di luar faktor eksternal, ada pula penyebab lain yang tak bisa dihndari, yakni kepadatan perjalanan kereta di jam sibuk.
"Ini terjadi sesekali, tapi kementerian sekarang sudah bisa melihat di data dan menganalisis apa yang penyebab kereta terlambat. Ini merupakan langkah awal bagi kementerian," kata Umehara.
Sementara itu perwakilan biro perekeretaan Jepang yang meminta identitasnya tidak disebutkan mengatakan, kementerian menggelontorkan dana untuk membantu operator menangani masalah keterlambatan ini. Tapi langkah apa yang akan dilakukan, setiap perusahaanlah yang mengetahuinya.
Editor: Anton Suhartono