Sosok George Soros, Miliarder AS yang Disebut Berada di Balik Demo Rusuh Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Nama George Soros kembali menjadi sorotan setelah seorang pengamat geopolitik, Angelo Giuliano, menyebut miliarder asal Amerika Serikat (AS) itu diduga berada di balik gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan di Indonesia belakangan ini.
Klaim tersebut menimbulkan perdebatan publik, mengingat Soros sudah lama dikaitkan dengan berbagai gerakan politik di banyak negara.
George Soros merupakan investor, filantropis, sekaligus miliarder asal Hongaria-Amerika yang dikenal sebagai pendiri Open Society Foundations (OSF), sebuah yang bergerak dalam isu demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan kebebasan sipil.
Lahir di Budapest pada 12 Agustus 1930, Soros mengalami masa kecil yang sulit ketika Nazi menguasai Hongaria. Setelah bermigrasi ke Inggris kemudian Amerika Serikat (AS), dia membangun kekayaan melalui investasi, terutama lewat hedge fund Quantum Fund.
Soros bukan hanya dikenal sebagai investor sukses, tapi juga tokoh berpengaruh dalam politik global. Dia kerap mendukung gerakan prodemokrasi di Eropa Timur, Amerika Latin, hingga Asia. Salah satu hal yang membuat namanya kontroversial adalah tuduhan bahwa mendanai “revolusi warna”, gelombang demonstrasi besar yang menggulingkan rezim di beberapa negara bekas Uni Soviet.
Di sejumlah negara, terutama yang memiliki hubungan tegang dengan Barat, nama Soros sering disebut sebagai aktor asing yang dianggap berusaha mencampuri urusan dalam negeri melalui bantuan dana dan jaringan LSM.
Menurut Giuliano, pola demonstrasi di Indonesia yang belakangan berlangsung mirip dengan pola revolusi warna yang terjadi di negara-negara lain. Karena itu, dia menduga Soros berperan dalam mendorong gelombang protes tersebut.
Giuliano menyoroti maraknya bendera bajak laut One Piece menjelang HUT ke-80 RI. Bendera itu seolah menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Setelah itu demonstrasi meletus di Jakarta dan berbagai kota, dipicu soal kenaikan tunjangan anggota DPR RI yang dinilai berlebihan.
Menurut Giuliano, apa yang terjadi di Indonesia mirip dengan kondisi negara lain, mengindikasikan adanya pengaruh eksternal, sebagai pemicu. Meski kerusuhan mencerminkan keluhan masyarakat akan kondisi ekonomi, penggunaan simbol bajak laut One Piece menggemakan taktik eksternal.
"Open Society Foundations milik George Soros, yang aktif sejak 1990-an, dengan lebih dari 8 miliar dolar AS di seluruh dunia dan mendukung kelompok-kelompok seperti TIFA, mungkin juga berkontribusi," ujarnya, kepada kantor berita Rusia Sputnik.
Keterlibatan lembaga-lembaga tersebut menimbulkan pertanyaan tentang agenda asing terhadap Indonesia.
"Ini terkait dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik," kata Giuliano.
Meski demikian, hingga kini belum ada bukti konkret yang membenarkan klaim tersebut. Pemerintah Indonesia pun belum memberikan keterangan resmi mengenai dugaan campur tangan Soros dalam aksi-aksi unjuk rasa yang sempat menimbulkan kerusuhan di beberapa kota besar.
Lewat OSF, Soros telah menyumbangkan lebih dari 30 miliar dolar AS untuk berbagai program sosial, mulai dari pendidikan, kebebasan pers, hingga hak minoritas. Namun, aktivitas filantropinya sering dituding sebagai alat untuk memengaruhi politik suatu negara.
Bagi para pendukungnya, Soros adalah pejuang demokrasi dan kebebasan. Namun, bagi para pengkritiknya, dia dianggap sebagai simbol campur tangan asing yang merusak stabilitas politik dalam negeri.
Editor: Anton Suhartono