Sri Lanka Kurangi Pengaruh Saudi di Lembaga Pendidikan Islam Pascaserangan Bom
KOLOMBO, iNews.id - Pemerintah Sri Lanka berupaya mengurangi pengaruh Arab Saudi pascaserangan bom gereja dan hotel pada hari Paskah, 21 April 2019.
Serangan yang dilakukan sembilan orang itu menewaskan 258 orang, sebagiannya merupakan warga asing.
Langkah ini diambil setelah pemerintah mendapat masukan dari politisi dan biksu Budha yang menganggap sekolah Islam konservatif sebagai penebar benih-benih militansi.
Polisi telah menangkap ulama berhaluan Wahabi dan sebagai gantinya siap mengambil alih sekolah Islam yang didanai donatur Saudi.
Pemerintah juga akan memantau aliran dana dari donor, termasuk dermawan Saudi yang masuk ke masjid-masjid. Departemen Urusan Agama dan Kebudayaan Muslim akan mengawasi sumbangan tersebut.
"Tidak ada yang bisa memberikan sumbangan sekarang," kata menteri Kabinet Urusan Muslim, Kabir Hashim, dikutip dari Reuters, Jumat (5/7/2019).
Dia juga mendesak komunitas Islam agar lebih mewaspadai perkembangan ide-ide radikal.
Duta Besar Arab Saudi untuk Sri Lanka Kolombo sempat menyatakan ketidaksenangan karena menjadi sasaran dalam pertemuan baru-baru ini dengan Presiden Maithripala Sirisena. Arab Saudi sejak lama membantah bahwa Wahabisme merupakan akar masalah dari radikalisme. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah menangkal faham radikal, Saudi telah menangkap ribuan terduga militan dari berbagai kasus.
Sementara itu sebagai bentuk kerja sama dalam penyelidikan bom Paskah, pada Juni lalu Saudi memulangkan lima warga Sri Lanka yang diduga terlibat.
Editor: Anton Suhartono