Sudah 43 Tahun Berkuasa, Presiden Ini Masih Ngebet Nambah Periode!
MALABO, iNews.id – Rakyat Guinea Khatulistiwa memberikan suara mereka dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar hari ini. Menurut prediksi para analis, Presiden Teodoro Obiang Nguema bakal kembali berada di pucuk pimpinan negara kecil penghasil minyak di Afrika Barat itu.
Obiang sudah 43 tahun menjadi kepala negara Guinea Khatulistiwa. Dia pun tercatat sebagai presiden terlama di dunia yang masih menjabat sekarang ini.
Reuters melansir, lebih dari 400.000 orang mendaftar untuk memberikan suara di negara berpenduduk sekitar 1,5 juta itu. Selain memilih preisden, para pemilih juga akan memberikan suara mereka untuk memilih 100 anggota DPR, 55 dari 70 senator, dan wali kota setempat.
Para pengamat menduga tidak ada yang mengejutkan dari hasil pemilu kali ini. Pasalnya, Obiang—yang kini sudah berusia 80 tahun—selalu terpilih dengan lebih dari 90 persen suara dalam berbagai jajak pendapat.
Sementara seluruh hasil survei itu pun dipertanyakan keabsahannya oleh para pengamat internasional, disebabkan adanya keluhan lama dari kelompok hak asasi atas kurangnya kebebasan politik di negeri Afrika itu.
Obiang memang diprediksi kuat bakal menjadi presiden lagi untuk periode keenamnya. Ada dua pesaingnya dalam memperebutkan jabatan itu, yaitu kandidat oposisi Buenaventura Monsuy Asumu dan Andrés Esono Ondo. Monsuy sudah enam kali mencalonkan diri dan selalu kalah melawan Obiang. Sementara, Esono baru kali ini menjajal peruntungannya di pemilu presiden.
“Pemilihan presiden benar-benar tanpa ketegangan,” kata Maja Bovcon, analis senior Afrika di perusahaan intelijen risiko Verisk Maplecroft.
“Penutupan perbatasan dan pelecehan serta penangkapan pendukung oposisi telah membuka jalan bagi perpanjangan 43 tahun pemerintahan Obiang,” katanya.
Dalam pernyataan terpisah, Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan pemilihan yang bebas dan adil di Guinea Khatulistiwa. Mereka juga menyuarakan keprihatinan atas laporan pelecehan dan intimidasi terhadap kelompok oposisi dan masyarakat sipil setempat.
Namun, Pemerintah Guinea Khatulistiwa menolak laporan tersebut, menyebut AS dan Uni Eropa telah ikut campur dalam proses pemilu negara itu.
Guinea Khatulistiwa hanya memiliki dua presiden sejak meraih kemerdekaan dari Spanyol pada 1968. Obiang menggulingkan pamannya, Francisco Macias Nguema, dalam kudeta pada 1979.
Editor: Ahmad Islamy Jamil