Sutradara Palestina Kerap Jadi Target Tentara Israel sejak Menang Piala Oscar
TEPI BARAT, iNews.id - Rumah sutradara Palestina peraih Oscar, Basel Adra, digerebek tentara Israel di desa kelahirannya, Masafer Yatta, Sabtu (15/9/2025). Ini bukan kali pertama tentara Zionis dan pemukim Yahudi ilegal menyerang sutradara Palestina.
Penyerbuan itu menegaskan kekhawatiran yang sudah lama disuarakan rekan-rekan seprofesi sejak film mereka memenangkan Oscar, ancaman terhadap para pembuatnya kian nyata.
Adra dikenal luas lewat film dokumenter "No Other Land" yang meraih Oscar 2025 dan mengisahkan perjuangan warga Palestina menghadapi kekerasan pemukim ilegal di Tepi Barat. Namun keberhasilan tersebut justru membuatnya menjadi target serangan.
Hamdan Ballal, rekan sesama sutradara, mengaku tidak kaget ketika rumah Adra diserbu.
“Kami sudah merasa akan menjadi sasaran sejak memenangkan Oscar. Bahkan jika Anda hanya merekam para pemukim (Yahudi), tentara akan datang dan mengejar, menggeledah rumah Anda,” ujarnya, kepada Associated Press.
Rumah Diserbu, Keluarga Diserang
Dalam penggerebekan itu, sembilan tentara Israel masuk ke rumah Adra dan menanyai istrinya, Suha, sambil memeriksa telepon genggamnya. Saat itu di rumah juga ada bayi mereka berusia sembilan bulan.
Selain tentara, sekelompok pemukim ilegal Yahudi turut menyerang rumah desa serta keluarga Adra. Dua adiknya dan seorang sepupu terluka. Pamannya sempat ditahan, sementara akses masuk ke desa diblokir hingga malam.
Adra lolos dari penggerebekan karena sedang berada di rumah sakit. Namun dia tak berani kembali, khawatir ditangkap tentara Israel.
Dalih Israel Ditolak Warga
Militer Israel berdalih penggerebekan dilakukan setelah ada pelemparan batu yang melukai dua warga Israel. Namun warga desa membantah keras tuduhan itu. Mereka menilai alasan tersebut hanyalah dalih untuk melancarkan aksi represif.
No Other Land, karya Adra bersama Hamdan Ballal serta dua sutradara Israel, Abraham dan Rachel Szor, memenangkan Oscar 2025 untuk kategori dokumenter. Film itu juga meraih penghargaan di Festival Film Internasional Berlin 2024.
Ironisnya, isi film yang menyorot perlawanan warga Masafer Yatta atas penghancuran desa mereka kini seolah menjelma kenyataan: pembuat film itu sendiri menjadi korban serangan.
“Seluruh sistem ini dibangun untuk membuat warga Palestina takut,” kata Ballal.
Editor: Anton Suhartono