Tak Terima Diisolasi, Ratusan Pencari Suaka Positif Covid-19 Bakar Kamp Migran Lalu Kabur
ATHENA, iNews.id - Kamp migran terbesar di Yunani yang berada di Pulau Lesbos hangus terbakar menyebabkan lebih dari 12.000 pencari suaka terpaksa kehilangan tempat berlindung. Insiden itu dipicu oleh kemarahan migran yang kurang setuju dengan aturan isolasi Covid-19.
Petugas kebakaran yang tiba di lokasi Kamp Moria mengatakan kebakaran besar menghanguskan semua bangunan semi-permanen seperti tenda tidur, kantor administrasi, dan klinik , Selasa (8/9/2020) waktu setempat.
Sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa, sementara itu beberapa migran harus mendapatkan perawatan intensif karena menderita masalah pernapasan ringan akibat menghirup asap kebakaran.
Juru bicara pemerintah Stelios Petsas mengatakan keadaan darurat akan diberlakukan di seluruh pulau, bersamaan dengan proses penyelidikan penyebab kebakaran.
Kebakaran itu, kata Stelios, menjadi pekerjaan rumah baru Pemerintah Yunani. Pihak berwenang harus berupaya mencari lokasi aman terbaru bagi para pencari suaka yang kehilangan tempat tinggal akibat insiden kebakaran tersebut.
Selain itu, tugas yang tak kalah pentingnya adalah melakukan pelacakan serta mengisolasi imigran yang terkonfirmasi positif Covid-19. Jika tidak segera dilakukan maka tak menutup kemungkinan klaster baru Covid-19 dari migran akan muncul.
"Ada 35 kasus positif dan mereka perlu diisolasi untuk mencegah wabah di antara penduduk lokal," kata Petsas dikutip dari AFP, Rabu (9/9/2020).
Pascakebakaran, ratusan pencari suaka diketahui berusaha melarikan diri dengan berjalan kaki menuju kota pelabuhan Mytilene tetapi dapat dicegat oleh petugas, sementara yang lain berlindung di perbukitan yang mengelilingi kamp Moria.
Organisasi yang fokus terhadap masalah pengungsi, Stand By Me Lesvos mengatakan mereka telah menerima laporan bahwa penduduk lokal Yunani di pulau itu telah mencegat pencari suaka melarikan diri menuju ke desa terdekat.
"Seluruh kamp terbakar. Semuanya terbakar. Orang-orang melarikan diri. Rumah mereka di Moria hilang," kata organisasi itu lewat kicauan di media sosial Twitter.
Editor: Arif Budiwinarto