Teken Dekret Mobilisasi Militer, Putin Tegaskan Siap Balas Barat: Ini Bukan Gertakan!
LONDON, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022), memerintahkan mobilisasi militer parsial untuk mengerahkan pasukan cadangan ke Donbass, Ukraina. Ini merupakan mobilisasi militer pertama yang dilakukan Rusia sejak Perang Dunia II.
Dia menambahkan negara-negara Barat tak ingin negaranya dan Ukraina berdamai, bahkan ingin menghancurkan Rusia. Negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO, menjadi sponsor utama persenjataan Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan mobilisasi parsial, yakni mengerahkan sebagian dari 2 juta pasukan cadangan, bertujuan untuk mempertahankan Rusia dan wilayahnya.
“Untuk melindungi tanah air, kedaulatan, saya merasa perlu untuk mendukung keputusan Staf Umum mengenai mobilisasi parsial,” katanya, dikutip dari Reuters.
Dia pun menegaskan kembali tujuan operasi militer khusus Rusia di Ukraina yakni membebaskan Donbass di Ukraina timur. Menurut Putin, sebagian besar penduduk Donbass, meliputi Donetsk dan Luhansk, tidak ingin kembali dalam penindasan kelompok neo-Nazi Ukraina.
Negara Barat, lanjut dia, juga terlibat dalam 'pemerasan nuklir', namun Rusia punya banyak senjata untuk membalas. Untuk ancaman yang satu ini Putin menegaskan dirinya tidak menggertak.
"Jika integritas teritorial negara terancam, kami menggunakan semua cara yang ada untuk melindungi rakyat, ini bukan gertakan," kata Putin.
Beberapa hari sebelum memerintahkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, Putin mengakui berdirinya Republik Rakyak Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).
Rusia bersama pasukan separatis pro-Moskow saat ini menguasai sekitar 60 persen wilayah Donetsk dan merebut hampir semua Luhansk sejak Juli lalu.
Di sisi lain, pasukan Rusia menghadapi pukulan keras dalam serangan pembalasan militer Ukraina, terutama di Kharkiv. Seragan militer Ukraina memaksa Rusia untuk menarik pasukannya dari Kharkiv untuk dikumpulkan kembali ke Donbass.
Sementara itu tokoh-tokoh pro-Moskow di Ukraina pada Selasa kemarin mengumumkan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Selain Donbass, referendum juga akan digelar di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia pada 23-27 September mendatang. Wilayah-wilayah itu mewakili sekitar 15 persen total luas Ukraina.
Editor: Anton Suhartono