Tentara AS Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual kepada Perempuan Jepang

TOKYO, iNews.id - Seorang tentara Amerika Serikat (AS) didakwa atas tuduhan pelecehan seksual di Jepang. Dilaporkan, korban menderita luka-luka akibat serangan seksual tersebut.
 
Lance Kopral Jordan Begaye (22) dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan di Provinsi Okinawa selatan. Dia didakwa pada Desember lalu sementara peristiwanya terjadi pada Oktober. 

"Insiden yang terjadi di Provinsi Okinawa selatan tidak diungkapkan sampai sekarang "karena sifatnya," kata jaksa Jepang.

Baca Juga

Jenderal Israel yang Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Palestina Mencoba Bunuh Diri

Menjelaskan dugaan kejahatan, jaksa Jepang mengatakan, tentara Amerika  diduga menyerang korban yang tak kenal secara pribadi dengan pelaku. 

“Korban mengalami luka-luka dalam penyerangan itu,” bunyi dakwaan.

Baca Juga

Rusia Klaim Hancurkan 1.035 Tentara Asing di Ukraina, 912 Lagi Lari dari Pertempuran

Tidak diketahui apakah tentara AS itu telah mengakui kejahatan tersebut. Tentara Amerika tersebut telah dimasukkan ke dalam tahanan otoritas Jepang setelah dakwaan pada 23 Desember di bawah Perjanjian Status Pasukan Jepang-AS.

Jepang menampung sekitar 50.000 tentara AS di bawah pakta keamanan bilateral. Sebagian besar instalasi militer AS di Jepang terletak di Okinawa, di mana penduduk setempat telah menyatakan frustrasi atas kebisingan, kejahatan dan kecelakaan yang terkait dengan fasilitas ini.

Menurut polisi Jepang, polisi menanggapi telepon dari tetangga yang mencari bantuan untuk wanita itu. Pada saat polisi mencapai tempat itu, tentara AS telah melarikan diri dari tempat kejadian.

Polisi mengatakan mereka tidak "mengungkapkannya dengan pertimbangan privasi wanita itu."

“Kepemimpinan Korps Marinir tetap berkomitmen untuk menjaga lingkungan yang menolak serangan seksual dan sikap yang mempromosikan perilaku seperti itu,” kata Instalasi Korps Marinir Pasifik kepada Kantor Berita Kyodo melalui email.

"Dugaan penyerangan seksual ditanggapi dengan sangat serius dan diselidiki secara agresif oleh penegak hukum militer AS," tambah pernyataan itu.

Editor: Umaya Khusniah