Tertinggi dalam Seperempat Abad, Pembunuhan Bersenjata di AS Tahun Pertama Covid-19 Melonjak 35 Persen
HOUSTON, iNews.id - Pembunuhan menggunakan senjata di Amerika Serikat (AS) melonjak 35 persen selama tahun pertama pandemi COVID-19 atau 2020. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 25 tahun terakhir.
Data ini disampaikan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada Selasa (10/5/2022).
"Ini memilukan. Sayangnya saya tidak terkejut,” kata penjabat wakil direktur utama CDC dan direktur Pusat Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian Cedera, Debra Houry, dalam sebuah wawancara.
Studi CDC menunjukkan, sebanyak 79 persen dalam kasus yang terjadi pada 2020 tersebut menggunakan senjata api. Angka ini meningkat hampir 36 persen jika dibandingkan pada 2019.
Untuk pembunuhan menggunakan senjata api yang dilakukan remaja usia 10-24 tahun meningkat paling banyak yakni 40 persen.
Namun, laporan tersebut menunjukkan peningkatan pembunuhan menggunakan senjata tidak merata di semua wilayah. Ada perbedaan yang signifikan dalam hal ras, etnis dan tingkat kemiskinan.
Peningkatan terbesar pada 2020 yakni yang melibatkan laki-laki muda kulit hitam. Tingkat pembunuhan bersenjata pada laki-laki kulit hitam termuda antara 10-24 tahun yakni 21,6 kali lebih tinggi dari pada laki-laki kulit putih pada usia yang sama.
“Stres, kehilangan pekerjaan, ketidakpastian ekonomi, isolasi sosial, itu bisa menjadi faktor risiko kekerasan,” kata Houry.
CDC percaya banyak dari kematian tragis semacam ini tidak masuk akal dan dapat dicegah. Tapi kesadaran adalah kuncinya.
“Peningkatan drastis dan bersejarah dalam pembunuhan dan bunuh diri dengan senjata api yang terus-menerus tinggi menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan tindakan untuk mengurangi cidera dan kematian terkait senjata api,” kata Direktur CDC, Rochelle Walensky dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan, dengan mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pembunuhan dan bunuh diri serta pemberian dukungan kepada masyarakat, dapat membantu menghentikan kekerasan sekarang dan di masa depan.
Editor: Umaya Khusniah