Terungkap! Militer AS Siap Serang Fasilitas Nuklir Iran Lagi tapi Dicegah Trump
WASHINGTON, iNews.id – Serangan militer Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu ternyata hanya merusak satu dari tiga target utama. Meski operasi tersebut melibatkan kekuatan militer besar, termasuk pengebom siluman B-2 Spirit dan rudal Tomahawk, dua dari tiga fasilitas nuklir Iran hanya mengalami kerusakan terbatas dan diperkirakan bisa kembali aktif dalam beberapa bulan mendatang.
Serangan itu menargetkan tiga lokasi penting program nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan. Namun berdasarkan hasil penyelidikan terbaru yang diterima lima pejabat AS, hanya fasilitas Fordow yang kerusakannya cukup signifikan. Dua lainnya, Natanz dan Isfahan, hanya mengalami degradasi ringan.
“Serangan ke Fordow mungkin telah memperlambat pengayaan uranium Iran hingga dua tahun,” ungkap dua sumber pejabat AS kepada NBC News, dikutip Jumat (18/7/2025).
Namun mereka juga menambahkan, dua target lainnya berpotensi kembali aktif dalam waktu dekat.
Menariknya, sumber-sumber dari internal pemerintahan AS mengungkap bahwa Komando Pusat AS (Centcom) sebenarnya telah merancang operasi militer lanjutan untuk menyerang lokasi-lokasi lain di Iran dalam beberapa pekan berikutnya. Namun, rencana itu ditolak langsung oleh Presiden Donald Trump.
"Presiden tidak ingin memperdalam konflik dan menghindari potensi jatuhnya korban jiwa yang besar," kata salah satu pejabat yang terlibat dalam perencanaan.
Trump, meski dikenal memiliki sikap keras terhadap Iran, memilih untuk menahan diri dan tidak mengizinkan serangan susulan yang lebih besar. Langkah ini dianggap mengejutkan oleh sebagian kalangan militer dan politik yang mengharapkan tekanan maksimal terhadap program nuklir Iran.
Dalam serangan pada 22 Juni lalu, pesawat B-2 Spirit menjatuhkan 14 bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) ke Fordow dan Natanz, sementara puluhan rudal Tomahawk ditembakkan ke fasilitas Isfahan dari kapal selam AS di wilayah Teluk.
Editor: Anton Suhartono