Topan Hagibis, Rumah Beberapa WNI di Jepang Terendam Banjir
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) di Jepang yang menjadi korban langsung akibat terjangan Topan Hagibis.
Topan terkuat di Jepang dalam puluhan tahun terakhir itu menerjang pulau utama Honshu pada Sabtu (12/10/2019) malam dan pergi pada Minggu dini hari.
"Tidak ada WNI yang menjadi korban langsung, namun dilaporkan terdapat beberapa WNI yang rumahnya tergenang banjir dan beberapa turis WNI menginap di hotel sampai menunggu jadwal penerbangan," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha.
Menlu Retno Marsudi juga menginstruksikan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka terus memantau dan membantu WNI yang terdampak. Saat ini tercatat jumlah WNI di Jepang mencapai 56.346 orang.
Pada Minggu siang cuaca Tokyo dan Osaka dilaporkan cerah dan masyarakat kembali beraktivitas. Penerbangan di bandara Tokyo dan Osaka juga telah kembali normal sejak kemarin.
Jumlah korban tewas masih simpang siur. Beberapa media massa Jepang menyebut korban tewas hingga Senin (14/10/2019) antara 24 sampai 35 orang. Kantor berita Kyodo menyebut jumlah 35, sementara stasiun televisi NHK 24 orang.
Dari jumlah itu, 10 orang meninggal berasal dari Prefektur Chiba, Gunma, Kanagawa, dan Fukushima, yang letaknya di sekitar Tokyo. Di antara korban merupakan pria berusia 60 tahun di Kawasaki, jasadnya ditemukan di dalam apartemen yang diterjang banjir.
Selain menelan korban jiwa, Topan Hagibis juga melumpuhkan Tokyo dan kota lainnya, termasuk memutus pasokan listrik untuk ratusan ribu rumah tangga.
Topan Hagibis menuju laut pada Minggu malam dan terus bergerak hingga ke pulau di utara, yakni Hokkaido.
Para korban tewas kebanyakan terseret banjir, baik di mobil, tempat tinggal, maupun secara langsung di jalanan saat topan disertai hujan deras menerjang disertai meluapnya air sungai di belasan titik. Lebih dari 100.000 petugas penyelamat, termasuk 31.000 personel Pasukan Bela Diri dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang terjebak serta menyisir korban tewas.
Lokasi terparah yang dilanda banjir adalah Nagano, di mana air Sungai Chikuma tumpah dan mencapai ketinggian hingga lantai 2 rumah.
Banjir juga merusak tanaman pertanian. Di Kota Higashi Matsuyama, Saitama, petani padi dan bunga mengalami kerugian besar setelah gudang penyimpanan terendam banjir dan merusak hasil panen mereka.
Editor: Anton Suhartono