Trump Bakal Tangkap Obama, Gedung Putih: Siapa pun yang Bersalah Harus Dimintai Pertanggungjawaban
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan siapa pun yang terbukti bersalah melakukan kejahatan harus dimintai pertanggungjawaban.
Pernyataan itu disampaikan melalui Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt terkait tuduhan Trump bahwa mantan Presiden AS Barack Obama berupaya memimpin kudeta.
Leavitt ditanya oleh wartawan, apakah dia yakin Obama harus dipenjara atas dugaan merekayasa laporan intelijen untuk mendukung tuduhan campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016.
"Presiden yakin bahwa masalah ini perlu diselidiki secara menyeluruh, dan siapa pun yang terbukti bersalah atas suatu kejahatan harus dimintai pertanggungjawaban," ujar Leavitt, seperti dikutip dari Sputnik.
Trump sebelumnya memerintahkan agar Obama ditangkap dan diselidiki atas dugaan pelanggaran serius terhadap konstitusi.
Pernyataan mengejutkan ini disampaikan Trump saat berbicara di Gedung Putih bersama Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, Selasa (22/7/2025), menanggapi pertanyaan wartawan seputar kasus skandal seks Jeffrey Epstein dan Ghislaine Maxwell.
Namun, Trump justru mengalihkan fokus pada isu kudeta yang menurutnya dilakukan elite politik Partai Demokrat.
"Perburuan penyihir yang seharusnya Anda bicarakan adalah mereka menangkap Presiden Obama," kata Trump.
Dia menuduh Obama terlibat dalam operasi untuk menggulingkannya dari kursi presiden serta melakukan kecurangan Pilpres AS 2016 dan 2020 bersama para politisi Partai Demokrat lainnya.
Dia mengklaim telah memiliki bukti konkret bahwa Obama memimpin upaya kudeta tersebut.
"Obama akan langsung ditangkap. Perintahnya ada di atas kertas. Dokumennya sudah ditandatangani," ujarnya.
Bukan hanya Obama, Trump juga menyeret nama mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Hillary Clinton dan mantan Presiden Joe Biden, sebagai bagian dari “operasi kriminal besar” untuk mencurangi pilpres.
"Apa yang mereka lakukan pada 2016 dan 2020 merupakan tindakan kriminal tingkat tinggi," ujar Trump.
Sementara itu Obama, melalui kantornya, menyebut pernyataan itu aneh dan keterlaluan seraya mengecam Gedung Putih.
"Demi menghormati jabatan kepresidenan, kantor kami biasanya tidak menghargai omong kosong dan misinformasi yang terus-menerus mengalir dari Gedung Putih ini dengan sebuah tanggapan," bunyi pernyataan kantor Obama.
"Tuduhan-tuduhan aneh ini menggelikan dan merupakan upaya pengalihan isu yang lemah," demikian isi pernyataan.
Obama juga menolak tuduhan pemerintahan Trump bahwa dia memanipulasi penilaian intelijen mengenai campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016.
"Tidak ada satu pun dalam dokumen yang dikeluarkan pekan lalu yang melemahkan kesimpulan yang diterima secara luas bahwa Rusia berupaya memengaruhi Pilpres 2016 namun tidak berhasil memanipulasi suara," demikian pernyataan kantor Obama.
Direktur Intelijen Nasional (DNI) Tulsi Gabbard pada Jumat pekan lalu merilis laporan yang menjelaskan dugaan kecurangan pilpres serta menuduh para pejabat yang terlibat dalam "konspirasi pengkhianatan."
Editor: Anton Suhartono