Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut negaranya sebagai kekuatan nuklir nomor 1 di dunia. Dia bahkan secara terbuka mengakui bahwa AS memiliki persenjataan paling canggih dibandingkan negara mana pun, termasuk Rusia dan China.
Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pidatonya di Forum Bisnis Amerika di Miami, Florida, pekan lalu, tak lama setelah Pangkalan Angkatan Antariksa Vandenberg di California melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III.
Uji coba tersebut tidak membawa hulu ledak nuklir dan diarahkan ke wilayah Laut Pasifik sebagai bagian dari latihan rutin. Namun, Trump memanfaatkan momen itu untuk menegaskan kembali superioritas militer AS di panggung global.
“Kita tidak ingin terlibat dalam perang. Saya telah membangun kembali militer. Kita memiliki militer terkuat di dunia sejauh ini,” ujar Trump, dikutip dari Sputnik.
Akui AS Kekuatan Nuklir Nomor 1
Dalam pidatonya, Trump mengaku “benci” harus menyatakan bahwa AS adalah kekuatan nuklir terkuat di dunia. Namun, dia menegaskan fakta tersebut mencerminkan keberhasilan kebijakan pertahanannya selama memimpin.
“Kita adalah kekuatan nuklir nomor 1, yang saya benci mengakuinya, karena ini sangat mengerikan,” kata Trump.
Menurut dia, Amerika kini memiliki sistem pertahanan dan persenjataan paling mutakhir, termasuk rudal balistik, roket strategis, hingga teknologi peluncuran satelit militer.
Trump juga menyebut Rusia sebagai kekuatan nuklir nomor 2 di dunia, disusul oleh China di peringkat ke-3.
“Rusia memiliki kekuatan besar, mereka nomor 2. Dan kemudian China berada di posisi ke-3,” ucapnya.
Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan peta kekuatan strategis global yang selama ini menjadi perhatian utama dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan AS.
Isyaratkan Rencana Perlucutan Nuklir
Meski menegaskan dominasi nuklir AS, Trump juga menyebut kemungkinan adanya rencana perlucutan senjata nuklir bersama Rusia dan China. Dia menyebut pembahasan itu masih bersifat awal dan belum ada kepastian kapan atau bagaimana kesepakatan tersebut akan diwujudkan.
“Kita mungkin sedang menyusun rencana denuklirisasi, bertiga, Amerika, Rusia, dan China. Jadi, kita lihat saja apakah itu akan berhasil,” kata Trump.
Pernyataan itu memunculkan spekulasi bahwa pemerintahan Trump sedang menjajaki diplomasi baru untuk menekan potensi perlombaan senjata global di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Bangun Ulang Militer dan Citra Kekuatan
Sejak awal masa kepemimpinannya, Trump menempatkan modernisasi militer sebagai salah satu prioritas nasional. Ia mengklaim telah memulihkan kekuatan pertahanan AS setelah periode yang disebutnya “lemah” di masa pemerintahan sebelumnya.
Trump berulang kali menekankan bahwa kekuatan militer yang besar bukan untuk menyerang, melainkan untuk memastikan Amerika “tidak perlu berperang.”
“Kekuatan adalah pencegahan terbaik. Kita membangun senjata terbaik agar dunia tahu kita tidak bisa disentuh,” ujarnya.
Editor: Anton Suhartono