Trump Sebut Joe Biden Seret AS ke Perang Dunia III
WASHINGTON, iNews.id - Donald Trump memperingatkan kemungkinan pecahnya Perang Dunia III di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini. Jika terpilih menjadi presiden dalam Pilpres AS 2024, dia berjanji akan mengubah arah.
Trump mengklaim, selama memimpin AS pada periode 2017-2021, tak ada konflik baru yang terjadi secara global. Oleh karena itu, dia bertekad akan berupaya memulihkan perdamaian, khususnya perang di Ukraina, jika memenangkan masa jabatan keduanya.
"Kelemahan dan kegagalan (Joe Biden menempatkan AS) dalam bahaya besar dan menyeret kita menuju Perang Dunia III,” kata Trump, dalam kampanye di Detroit, Michigan, seperti dilaporkan RT, Senin (17/6/2024).
Biden, lanjut Trump, telah menyebabkan kerugian lebih besar bagi AS dibandingkan gabungan 10 presiden terburuk dalam sejarah AS.
“Kita punya banyak masalah di negara ini, apalagi kita bisa berakhir di Perang Dunia III karena kita punya pemimpin yang tidak kompeten yang seharusnya tidak pernah menjabat,” ujarnya.
Dia juga mengkritik pemerintahan Biden karena membuang-buang uang pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pernyataannya itu merujuk bantuan keuangan berkelanjutan terhadap Ukraina. Dia menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai sales terhebat yang pernah ada.
“Setiap kali datang ke negara kita, dia membawa pulang 60 miliar dolar AS,” kata Trump, seraya menambahkan, Zelensky akan terus meminta lebih banyak lagi setiap kali mendapat bantuan.
Kondisi ini, lanjut Trump, tidak akan pernah berakhir seraya berjanji untuk menyelesaikannya.
Politikus Partai Republik itu pada awal bulan ini juga memperingatkan, dunia bisa terjerumus ke dalam perang nuklir karena kepemimpinan Biden.
Dalam wawancara dengan penyiar berita Fox News, Sean Hannity, Trump membandingkan Biden dengan para pemimpin Rusia, China, dan Korea Utara.
"(Biden) Tidak pada puncak permainannya,” ujarnya.
Perang nuklir, kata dia, bisa menyebabkan kehancuran dunia. Oleh karena itu AS harus memiliki pemimpin yang bahkan tidak seharusnya pernah membahas isu tersebut.
Editor: Anton Suhartono