Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Tak Terima 31% Mahasiswa Harvard dari Luar Negeri: Seharusnya Tak Segitu!
Advertisement . Scroll to see content

Trump Terus Serang Harvard, Bagaimana Nasib Mahasiswa Asing di AS?

Selasa, 27 Mei 2025 - 03:03:00 WIB
Trump Terus Serang Harvard, Bagaimana Nasib Mahasiswa Asing di AS?
Ketegangan antara Universitas Harvard dengan pemerintahan Donald Trump menyisakan pertanyaan, bagaimana nasib mahasiswa asing di AS?
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id – Ketegangan antara Universitas Harvard dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyoroti satu kenyataan pahit, mahasiswa internasional kini berada di garis depan konflik politik yang mungkin tak mereka kehendaki.

Bukan hanya Harvard, sejumlah universitas elite lainnya di Amerika Serikat juga terancam mengalami nasib serupa. 

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem secara terbuka memperingatkan bahwa setiap kampus yang dianggap “membangkang” terhadap kebijakan pemerintah dapat dikenai sanksi serius, mulai dari pencabutan dana federal, hilangnya status bebas pajak, hingga larangan menerima mahasiswa asing.

Mahasiswa Internasional Jadi Korban Kebijakan

Kebijakan ini secara langsung mengancam lebih dari 7.000 mahasiswa asing di Harvard, dan ribuan lainnya di seluruh AS. Mereka tidak hanya berisiko kehilangan visa pelajar, tetapi juga harus meninggalkan negara itu dalam waktu singkat, bahkan ketika mereka sudah berada di tengah-tengah program studi yang menuntut waktu, biaya, dan perjuangan panjang.

Salah satu contoh mencolok adalah Putri Mahkota Belgia, Elisabeth, yang tengah menempuh studi magister di Harvard. Setelah menyelesaikan tahun pertamanya, masa depan akademisnya kini tidak pasti. 

Istana Kerajaan Belgia bahkan menyatakan masih meninjau dampak kebijakan imigrasi Trump terhadap kelanjutan studi sang putri.

Antara Ilmu dan Ideologi

Pemerintahan Trump menuduh Harvard memfasilitasi kekerasan, antisemitisme, dan berafiliasi dengan musuh ideologis AS seperti Partai Komunis China. Tudingan ini dijadikan dasar untuk menghentikan akses Harvard terhadap sistem imigrasi pelajar dan membekukan hibah senilai dua miliar dolar AS. 
Langkah ini dianggap sebagai bentuk tekanan politik terhadap kampus-kampus yang menolak mengikuti garis kebijakan pemerintah.

Namun, universitas-universitas tersebut, termasuk Harvard, menolak tunduk. Mereka menegaskan komitmen terhadap kebebasan akademik dan keberagaman global sebagai bagian dari nilai inti pendidikan tinggi.

Pendidikan yang Terpolitisasi

Apa yang sebelumnya dianggap sebagai tempat netral untuk pertukaran ilmu pengetahuan kini menjadi wilayah yang sarat tekanan politik dan ideologis. Mahasiswa asing, selama ini menjadi jembatan budaya dan intelektual antarnegara, kini merasa tidak aman, tidak diinginkan, dan dipolitisasi.

Padahal, sejarah panjang perguruan tinggi AS ditopang oleh kontribusi besar mahasiswa internasional dalam riset, inovasi, dan dialog lintas budaya. Banyak dari mereka datang bukan hanya untuk menimba ilmu, tetapi juga untuk berkontribusi dalam membangun masa depan dunia yang lebih terbuka.

Apa yang Dipertaruhkan?

Bagi mahasiswa asing, persoalannya bukan hanya soal visa. Ini soal pengakuan, keamanan, dan keadilan. Ketika aturan main akademik diubah sepihak karena ketegangan politik, maka yang dipertaruhkan bukan hanya masa depan individu—tetapi juga reputasi global AS sebagai pusat pendidikan dan inovasi.

Jika langkah-langkah seperti ini terus diambil, bukan tidak mungkin AS akan kehilangan statusnya sebagai tujuan utama bagi para pencari ilmu dari seluruh dunia. Dan itu bukan hanya kerugian bagi mahasiswa asing, tapi juga bagi Amerika sendiri.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut