Tujuh Pemimpin ASEAN dan Jenderal Min Aung Hlaing Siap Hadiri KTT di Jakarta Bahas Krisis Myanmar
JAKARTA, iNews.id - Tujuh pemimpin negara Asia Tenggara dan pimpinan junta Myanmar, Min Aung Hlaing akan menghadiri pertemuan tingkat tinggi (KTT) ASEAN di Jakarta pada Sabtu (24/4/2021). KTT ASEAN itu akan membahas krisis Myanmar.
Tujuh tokoh tersebut yakni pemimpin negara anggota ASEAN meliputi Indonesia selaku tuan rumah, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Sementara Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan O Cha dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dipastikan tidak akan hadir namun diwakili menteri luar negeri masing-masing. KTT ASEAN akan membahas krisis dan ketegangan yang terjadi di Myanmar akibat kudeta pemerintahan sipil oleh militer.
KTT itu sendiri dinilai bisa menjadi upaya internasional pertama untuk meredakan krisis di Myanmar. Hingga kini tercatat ratusan pengunjuk rasa pro-demokrasi tewas dibunuh aparat keamanan sejak kudeta 1 Februari 2021.
Selain itu, KTT ASEAN kali ini juga menjadi pembuktian bagi semua negara anggota untuk memiliki komitmen tidak mencampuri urusan internal negara anggota dan bekerja sama berdasarkan konsensus.
“Sangat diperlukan hasil yang konkret dan nyata dari pertemuan tersebut. Selain KTT tampaknya tidak ada putaran lain untuk mengungkapkan keprihatinan tersebut,” ujar Rizal Sukma, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS) kepada Reuters, dikutip Kamis (22/4/2021).
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Inggris itu juga mengatakan, KTT ASEAN bisa menjadi wadah paling utama dalam sejarah 54 tahun ASEAN. Sementara itu, Malaysia dan Filipina mengatakan siap untuk mendukung rencana Ketua ASEAN, Brunei atau perwakilan lainnya untuk mengunjungi Myanmar di tengah konflik yang masih berlanjut.
KTT ASEAN juga menjadi harapan tersendiri bagi Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. Dia mendesak para pemimpin ASEAN untuk membantu mencegah dampak meluas dari krisis di Myanmar terutama dampak kemanusiaan yang semakin parah di luar perbatasan Myanmar.
Editor: Rizal Bomantama