Turki Desak China Tutup Kamp Penahanan Muslim Uighur di Xinjiang
ISTANBUL, iNews.id - Turki mendesak China untuk menutup kamp-kamp detensi, menyusul kabar kematian seorang musisi terkenal dari etnis minoritas Uighur.
Abdurehim Heyit diduga menjalani hukuman selama delapan tahun di wilayah Xinjiang, tempat jutaan kaum Uighur dilaporkan sedang ditahan.
Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Turki menyebut para orang Uighur menjadi sasaran penyiksaan di "kamp konsentrasi". Pemerintah China mengatakan fasilitas tersebut adalah kamp re-edukasi.
Uighur meurpakan kelompok minoritas Muslim berbahasa Turki yang berbasis di wilayah Xinjiang, China bagian barat, yang diawasi ketat oleh otorita Cina.
"Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta warga Turki Uighur yang ditangkap secara sewenang-wenang menjadi sasaran penyiksaan dan indoktrinasi politik di penjara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Hami Aksoy, seperti dilaporkan BBC, Senin (11/2/2019).
Menurutnya, mereka yang tidak ditahan berada di bawah tekanan besar.
"Pembangunan kembali kamp konsentrasi di abad 21 dan kebijakan asimilasi sistematik pemerintah China terhadap warga Turki Uighur adalah aib besar bagi kemanusiaan," kata Aksoy.
Dia juga menyebut bahwa laporan tentang kematian Heyit semakin memperkuat reaksi publik di Turki akan pelanggaran HAM serius di Xinjiang dan meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengambil tindakan tegas demi mengakhiri tragedi kemanusiaan di sana.
China mengklaim bahwa detensi di Xinjiang merupakan "pusat pendidikan vokasi" yang dirancang untuk membantu membersihkan wilayah tersebut dari terorisme.
Berbicara pada Oktober lalu, pejabat pemerintah China di Xinjiang, Shohrat Zakir, mengatakan bahwa para "siswa" di kamp bersyukur akan kesempatan untuk merenungi kesalahan mereka.
Kelompok pegiat HAM menyatakan para Muslim ditahan dalam jangka yang tidak ditentukan dan tanpa dakwaan, atas pelanggaran-pelanggaran seperti menolak untuk memberikan sampel DNA, berbicara dalam bahasa minoritas, atau berdebat dengan pihak berwenang.
Apa yang terjadi pada Heyit?
Organisasi pemerhati HAM Amnesty International melaporkan, mereka sangat khawatir akan laporan tentang kematian Heyit, yang belum dikonfirmasi secara resmi.
Heyit terkenal sebagai pemain Dutar, instrumen dengan dua senar yang sangat sulit dikuasai. Pada suatu waktu, dia dipuja di seluruh China. Heyit belajar musik di Beijing dan kemudian tampil bersama kelompok seni nasional.
Penahanan Heyit dilaporkan berakar dari sebuah lagu yang ia mainkan, berjudul "Ayah". Liriknya diambil dari sebuah puisi Uighur yang berseru kepada generasi muda untuk menghormati pengorbanan orang-orang sebelum mereka.
Namun, dua kata dalam lirik tersebut – "martir perang" – rupanya membuat otoritas China menyimpulkan bahwa Heyit menunjukkan ancaman teroris.
Editor: Nathania Riris Michico