Turki Tegaskan Normalisasi dengan Israel Berdampak Positif pada Konflik Palestina-Zionis
ANKARA, iNews.id - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan, normalisasi hubungan antara Turki dan Israel akan berdampak positif untuk resolusi damai dalam konflik Palestina.
Dalam konferensi pers setelah pembicaraan dengan mitranya dari Israel, Cavusoglu mengatakan, kedua negara sepakat untuk menghidupkan kembali" hubungan di banyak bidang. Salah satunya melanjutkan pembicaraan tentang penerbangan sipil.
Sebaliknya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menegaskan sikap negaranya yang tak akan menormalisasi hubungan dengan Israel. Saudi tak akan mengikuti jejak empat negara Arab lainnya yang pada 2020 menormalisasi hubungan dengan Israel, yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Selasa kemarin, Pangeran Faisal menegaskan pemerintahannya berkali-kali mengulangi sikap untuk tidak berdamai dengan negara Yahudi tersebut.
“Saya di masa lalu sudah membahas ini beberapa kali, tidak ada yang berubah dalam cara kami memandang masalah ini. Saya kira kita selalu melihat normalisasi sebagai hasil akhir, tapi hasil akhir dari sebuah jalan," kata Pangeran Faisal, dalam diskusi bertajuk 'Arsitektur Keamanan Baru di Timur Tengah' yang digelar di sela pertemuan Davos, seperti dikutip dari Arab News, Rabu (25/5/2022).
Pada Februari lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan normalisasi hubungan negaranya dengan Israel bukan berarti ada perubahan sikap soal Palestina. Pernyataan itu disampaikan Cavusoglu menjelang kunjungan Presiden Israel Isaac Harzog pada Maret.
Dalam wawancara dengan lembaga penyiaran pemerintah, TRT Haber, dia menekankan kembali pernyataan yang disampaikannya pada awal pekan ini bahwa Turki tidak akan mengabaikan komitmennya terhadap terbentuknya negara Palestina.
Dia mengatakan, normalisasi hubungan ini juga akan dimanfaatkan untuk menengahi konflik Israel-Palestina.
Turki dan Israel terlibat krisis diplomatik pada 2018 terkait konflik Palestina, yakni serangan pasukan Zionis ke Jalur Gaza. Saat itu Turki mengusir duta besar Israel di Ankara, bahkan mempermalukannya dengan pemeriksaan keamanan. Presiden Recep Tayyip Erdogan kemudian menarik dubesnya di Tel Aviv.
Krisis diplomatik kedua negara dipicu pembunuhan 61 warga Palestina dalam unjuk rasa di perbatasan Israel dengan Jalur Gaza. Erdogan menggambarkan pembunuhan itu sebagai genosida dan tragedi kemanusiaan.
Editor: Umaya Khusniah