Uji Vaksin Covid-19 Kurang Sukarelawan, Inggris Desak Orang Berisiko Tinggi Ikut Daftar
LONDON, iNews.id - Inggris menghadapi permasalahan kekurangan sukarelawan dalam uji klinisi calon vaksin Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah mendesak orang-orang dengan risiko tinggi ikut mendaftar sebagai sukarelawan.
Inggris merupakan salah satu negara maju di dunia yang tengah menguji calon vaksin Covid-19. Laporan menyebutkan di negara tersebut terdapat 20 calon vaksin yang tengah di uji klinis pada manusia.
Sejauh ini, berdasarkan data yang diperoleh Kementerian Bisnis Inggris sudah lebih dari 100.000 orang secara sukarela ikut serta dalam uji coba vaksin. Akan tetapi, jumlah itu masih jauh dari yang diperlukan.
"Melindungi mereka yang berisiko adalah satu-satunya cara kami akan mengakhiri pandemi ini," kata Kate Bingham, Ketua Satgas Vaksin Inggris dikutip dari Reuters, Senin (17/8/20202).
"Mengumpulkan 100.000 sukarelawan adalah awal yang baik, tetapi kami membutuhkan lebih banyak orang dari berbagai latar belakang yang dapat kami panggil untuk penelitian di masa mendatang jika kami ingin menemukan vaksin dengan cepat untuk melindungi mereka yang membutuhkan," ujarnya.
Kuantitas sukarelawan dan uji coba vaksin sangat dibutuhkan saat ini, pemerintah Inggris secara khusus mendorong kelompok orang dengan risiko tinggi agar berpartisipasi dalam program tersebut.
Mereka yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi adalah orang berusia lebih dari 65 tahun, pekerja kesehatan, serta pendatang dari Asia dan Afrika.
Sebuah penelitian pekan lalu menunjukkan bahwa kelompok etnis minoritas dua hingga tiga kali lebih mungkin terkena Covid-19 dibandingkan dengan orang kulit putih di Inggris. Selain itu, jumlah kematian akibat Covid-19 yang dialami kelompok minoritas juga terbilang tinggi di Inggris.
Sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada Januari lalu, Inggris merupakan salah satu negara di Eropa yang paling terdampak. Berdasarkan data per hari Minggu (16/8/2020) kemarin, terdapat lebih dari 318.000 kasus infeksi di Inggris serta 41.366 angka kematian.
Editor: Arif Budiwinarto