Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mahfud MD: Islam Wasathiyah Paling Cocok di Negara Pancasila
Advertisement . Scroll to see content

Ulama Dunia Bahas Tantangan Globalisasi dalam Islam

Rabu, 02 Mei 2018 - 20:57:00 WIB
Ulama Dunia Bahas Tantangan Globalisasi dalam Islam
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Imam Besar Al Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb (kedua kanan) dan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin (kanan) usai pembukaan KTT Wasathiyah Isl
Advertisement . Scroll to see content

BOGOR, iNews.id - Para ulama dan cendekiawan muslim dunia yang hadir dalam Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Islam Wasathiyah membahas peluang dan tantangan yang dihadapi umat Islam di era globalisasi saat ini.

"Apa yang menerpa Islam saat ini harus kita sikapi bersama. Kita memiliki generasi muda yang hidup di era digital saat ini yang harus kita siapkan pemahamannya dengan mempresentasikan Islam yang sebenarnya," kata Presiden Komunitas Islam di Italia, Yahya Sergio Yahe Pallavinci, pada acara KTT Islam Wasathiyah di Bogor, Rabu (2/5/2018).

Yahya menyampaikan pemikirannya tentang konsep Islam Wasathiyah di Eropa, di hadapan peserta diskusi KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim sedunia. Yahya menyebutkan tantangan yang dihadapi umat Islam di Eropa khususnya di Italia adalah penolakan adanya pemikiran tentang Islamofobia, serta status mereka sebagai minoritas di negara yang mayoritas nonmuslim.

Menurut dia, penolakan tersebut karena kesalahan presepsi memandang Islam yang digambarkan sebagai garis keras, ekstrem, dan radikal. Pemikiran tentang menyebarluaskan konsep Islam Wasathiyah, lanjutnya, sangat baik, agar semua orang tau bahwa Islam adalah agama yang penuh kasih dan sayang kepada semua, Islam yang menghargai perbedaan, toleransi, dan membawa kedamaian.

Namun saat ini ia melihat ada tantangan lain yang perlu disikapi oleh ulama muslim di dunia, adanya kecenderungan sikap ketakutan pada agama sehingga memilih tidak mempercayai Tuhan (atheis).

Sementara itu, ulama dari Inggris Qori Muhammad Asim mengingatkan, peran ulama untuk menyiapkan generasi muda muslim yang kini menghadapi tantangan perpindahan agama. Menurut Asim, yang juga pimpinan Imam Masjid Makkah, ada dua jenis tantangan yang dihadapi umat Islam di era globalisasi ini yakni tantangan yang berasal dari dalam dan dari luar.

"Secara internal tantangan itu muncul dari diri sendiri, apa yang terjadi saat ini adanya internet, sumber daya yang bersinggungan dengan ruang dan waktu, menambah bobot tantangan itu," katanya.

Dia mengatakan era digital adalah tantangan komprehensif yang belum mampu dihadapi umat Islam dengan pemikiran yang kompetitif. "Umat Islam belum disiapkan bagaimana menghadapinya," katanya.

Salah satu kunci menghadapi tantangan itu adalah konsep Islam Wasathiyah yang saat ini sedang dibahas oleh seluruh ulama dunia. Dia mengatakan ekstremisme yang terjadi adalah bentuk kekerasan yang bertentangan dengan Islam Wasathiyah yang dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Gerakan inilah yang menimbulkan terjadinya Islamofobia.

"Ekstremisme itu terjadi karena adanya pemikiran mayoritas dan minoritas, serta memandang secara sempit tentang syariat Islam," katanya.

Menurut dia, Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan contoh yang luar biasa, ketika Islam menjadi minoritas di Makkah, dan menjadi mayoritas di Madinah. Bagaimana Rasulullah menunjukkan kepemimpinannya di dua negara tersebut. "Ini tantangan bagi umat Islam yang jadi minoritas, dan mayoritas. Sayangnya pemuka agama (Islam) tidak mampu menjawab tantangan itu, tidak mengaktualisasikan Islam Wasathiyah sesuai negaranya," kata dia.

Berbicara muslim di Eropa, tidak seperti muslim di Timur Tengah, terjadi migrasi agama yang cukup besar. "Tantangan ini muncul, karena tidak adanya rasa memiliki, di mana muslim muda kita yang umurnya dari 13 sampai 30 tahun berpindah agama," katanya.

Dia mengingatkan perpindahan agama yang terjadi di kalangan generasi muda muslim menjadi tantangan bagi ulama apakah ajaran Islam yang selama ini ditinggalkan tidak tertanam di dalam diri mereka atau hanya sekadar menjadi norma saja.

Sedangkan Salisu Shehu dari Nigeria yang bertindak sebagai moderator mengingatkan para ulama dan cendekiawan muslim di dunia untuk berperan meningkatkan pendidikan umat Islam. Menurut Sekretaris Umum Deputi Dewan Tertinggi Nigeria urusan Islam ini, pendidikan sangat penting, agar kehidupan umat Islam lebih baik.

Editor: Azhar Azis

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut