Unjuk Rasa di Berbagai Negara Dukung Yerusalem dalam Pelukan Palestina
YERUSALEM, iNews.id – Aksi unjuk rasa dilakukan ratusan ribu orang di seluruh dunia menentang pengakuan sepihak Amerika Serikat bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Israel.
Aksi paling besar terjadi di Timur Tengah. Di Palestina, puluhan ribu warga melakukan protes 'hari kemarahan' setelah melaksanakan Salat Jumat, baik di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem.
Usai salat di Masjid Al Aqsa jamaah turun ke jalan sambil meneriakkan, "Yerusalem milik kami, Yerusalem adalah ibu kota kami".
"Kami tak butuh kata-kata kosong, kami butuh batu dan Kalashinkov (senjata)."
Unjuk rasa di tiga kawasan itu diwarnai bentrokan dengan polisi menyebabkan 31 warga Palestina luka terkena tembakan tentara Israel. Bentrokan parah terjadi di Hebron, Betlehem, dan Gaza.
Di Gaza, para jamaah juga memanfaatkan pengeras suara di masjid-masjid untuk meneriakkan tuntutan mereka. Sebagian lainnya membakar ban bekas di jalan. Ratusan lainnya mendekati perbatasan dengan Israel.
"Siapa saja yang memindahkan kedutaan besar ke wilayah pendudukan Yerusalem akan menjadi musuh orang Palestina dan akan menjadi target atas aksi kami. Kami mendeklarasikan gerakan perlawanan sampai Yerusalem dan seluruh Palestina bebas," kata pemimpin Hamas, Fathy Hammad, saat berunjuk rasa di Gaza.
Di Kairo, Mesir, ribuan pengunjuk rasa yang sebelumnya berkumpul di Masjid Al Azhar, turun ke jalan meneriakkan, "Yerusalem milik Arab."
Sementara itu saat Salat Jumat, khatib di Masjid Al Azhar mengatakan bahwa upaya AS memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan tindakan teroris.
Di Asia Tenggara, unjuk rasa tak kalah besarnya. Di Jakarta, ratusan orang menggeruduk Kantor Kedubes AS. Demikian halnya dengan Malaysia, ribuan orang dari partai berkuasa Umno dan partai oposisi PAS bersatu untuk satu agenda, yakni Palestina.
Aksi unjuk rasa memprotes pengakuan sepihak AS atas Yerusalem juga dilakukan ratusan orang di Asia Selatan, seperti Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan. Di Pakistan, seorang tokoh agama berjanji akan mengerahkan massa lebih besar lagi.
Editor: Anton Suhartono