Video Viral, Warga Gaza Ditembaki saat Antre Bantuan Kemanusiaan
LONDON, iNews.id - Sebuah video viral d media sosial menunjukkan warga Palestina ketakutan terjebak dalam baku tembak saat berusaha mencapai pusat pendistribusian bantuan di Jalur Gaza. Peristiwa tersebut berlangsung pada Sabtu (12/7/2025).
Rekaman menunjukkan sekumpulan orang memadati area dekat bukit pasir saat peluru berdesingan di atas kepala mereka.
Warga secara reflek tiarap ke tanah saat peluru mengenai bukit pasir hanya beberapa meter dari sekelompok orang.
Video tersebut direkam di dekat pusat distribusi banguan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang kontroversial di Rafah, Gaza Selatan.
Laporan mengungkap setidaknya 31 warga Gaza tewas di tempat pendistribusian bantuan pada Sabtu saat berusaha mencoba mengakses fasilitas GHF di dekat Rafah.
Sementara itu BBC tidak bisa memastikan apakah semua kematian itu terjadi di lokasi kejadian dalam video.
Citra satelit yang diambil sehari kemudian menunjukkan kerumunan orang berkumpul di tempat yang sama dengan kendaraan militer Israel yang ditempatkan 350 meter jauhnya.
Sebuah posting-an Instagram menunjukkan seorang korban di rumah sakit dalam pemulihan setelah berada di lokasi pengambilan video. Dia tiba di area tersebut sekitar pukul 07.30 dan setelah 2 jam, tank dan drone Israel menembaki kerumunan.
"Tembakan ke arah kami berlangsung secara acak. Semua orang menjatuhkan diri ke tanah untuk berlindung ketika mayat-mayat berjatuhan di sekitar mereka," katanya.
Palang Merah Internasional menyatakan rumah sakit lapangan di dekatnya menerima 132 pasien, sebagian besar menderita luka tembak.
“Sejak pembangunan lokasi pendistribusian bantuan baru pada 27 Mei, rumah sakit lapangan tersebut telah merawat lebih dari 3.400 pasien luka tembak dan mencatat lebih dari 250 kematian,” bunyi pernyataan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
PBB, pada Selasa (15/7/2025), menyatakan setidaknya 875 orang tewas di dekat fasilitas bantuan dalam 6 pekan terakhir, sebagian besar berada di lokasi yang dikelola GHF.
Editor: Anton Suhartono