Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

Vietnam Klaim Seluruh Pasien Virus Korona Berhasil Sembuh, Keajaiban atau Keberhasilan?

Senin, 02 Maret 2020 - 14:18:00 WIB
Vietnam Klaim Seluruh Pasien Virus Korona Berhasil Sembuh, Keajaiban atau Keberhasilan?
Dua perempuan mengenakan masker di tengah kekhawatiran penyebaran virus korona di Hanoi. (FOTO: Manan VATSYAYANA / AFP)
Advertisement . Scroll to see content

HO CHI MINH, iNews.id - Di tengah penyebaran wabah korona di seluruh dunia, Vietnam mengumumkan bahwa total 16 pasien yang terinfeksi di negara itu sudah keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh.

Pada Rabu lalu, semua 16 pasien, termasuk yang tertua yang berusia 73 tahun, sembuh dan dan dipulangkan dari rumah sakit.

Selama 15 hari terakhir, pemerintah juga mendeteksi tidak ada kasus infeksi baru, yang terakhir dilaporkan pada 13 Februari.

"Jika pertempuran COVID-19 adalah perang, maka kami memenangkan putaran pertama tetapi bukan seluruh perang karena situasinya bisa sangat tidak terduga," kata Menteri Kesehatan Vietnam, Wakil Perdana Menteri Vu Duc Dam, seperti dilaporkan Aljazeera, Senin (2/3/2020).

Di seluruh dunia, wabah ini sudah membunuh hampir 3.000 orang dan menginfeksi lebih dari 83.000.

Namun, ada kisah berbeda di Vietnam. Para pejabat dan pakar kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, respons cepat pemerintah Vietnam terhadap keadaan darurat sangat penting dalam mengatasi krisis pada tahap awal.

Pada Rabu, pemerintah Vietnam menyatakan bahwa pasien ke-16 sekaligus yang terakhir yang terinfeksi virus sudah dikeluarkan dari rumah sakit.

Pria berusia 50 tahun itu, yang diidentifikasi sebagai NVV, sebelumnya tertular infeksi dari putrinya yang berusia 23 tahun, diidentifikasi hanya sebagai NTD. Keduanya adalah penduduk asli distrik Son Loi di Provinsi Vinh Phuc, tempat 11 kasus ditemukan.

Anak perempuan itu merupakan salah satu dari delapan karyawan perusahaan Jepang yang kembali dari Kota Wuhan, China, pusat virus, pada 17 Januari. Secara keseluruhan, enam orang di antara kelompok itu dinyatakan positif virus korona.

Beberapa kerabat dan teman-teman mereka juga terinfeksi, termasuk bayi berusia tiga bulan, pasien virus korona termuda hingga saat ini.

Kidong Park, perwakilan WHO di Vietnam, menghubungkan keberhasilan itu dengan sikap proaktif dan konsistensi pemerintah Vietnam selama tanggapan.

Mimpi buruk virus korona di Vietnam dimulai ketika dua warga negara China ditemukan menjadi kasus pertama di Kota Ho Chi Minh pada 23 Januari, hari pertama liburan perayaan Tahun Baru Imlek. Hal ini membuat suasana suram selama liburan Imlek.

Vietnam secara resmi menyatakan virus korona sebagai epidemi pada 1 Februari, ketika jumlah kasus di negara itu meningkat menjadi enam.

Pada 13 Februari, kementerian kesehatan memerintahkan 10.600 penduduk Son Loi untuk tetap diisolasi selama 20 hari, setelah lebih banyak kasus dikonfirmasi.

"Negara ini mengaktifkan sistem responsnya pada tahap awal wabah, dengan mengintensifkan pengawasan, meningkatkan pengujian laboratorium, memastikan pencegahan, dan pengendalian infeksi serta manajemen kasus di fasilitas kesehatan, pesan komunikasi risiko yang jelas, dan kolaborasi multi-sektoral," kata Park, pejabat WHO, kepada Al Jazeera.

"Belum ada obat untuk virus ini. Kami mengandalkan prinsip-prinsip dasar," kata Wakil Menteri Kesehatan, Nguyen Thanh Long, dalam konferensi pers di Hanoi awal Februari, setelah 10 kasus virus korona dilaporkan di Vietnam.

Petugas kesehatan diinstruksikan mengikuti beberapa protokol untuk menilai infeksi dan tingkat keparahan virus.

Pertama, dokter diharuskan mengobati gejalanya, seperti demam. Kedua, pasien menjalani diet ketat dan bergizi. Langkah ketiga, menurut Nguyen, adalah memonitor tingkat saturasi oksigen dalam darah pasien.

Sementara upaya dilakukan guna menghilangkan infeksi di balik pintu rumah sakit, Vietnam juga menangguhkan kegiatan belajar, memperpanjang waktu istirahat sekolah untuk melindungi siswa.

Jutaan siswa di 63 kota dan provinsi di Vietnam belum kembali ke sekolah sejak awal perayaan Tahun Baru Imlek.

Wakil Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nguyen Huu Do mengatakan, "Keselamatan siswa harus ditempatkan di atas segalanya."

Kementerian menginstruksikan sekolah untuk mensterilkan ruang kelas sebelum siswa melanjutkan kelas mereka.

Guru dan staf diminta mengingatkan siswa tentang kebersihan seperti mencuci tangan, dan melakukan pemeriksaan suhu pada siswa pada tiba di sekolah. Sekolah juga diharuskan menyiapkan formulir kesehatan yang digunakan untuk memantau siswa.

Sebuah dokumen dari kementerian pendidikan menginstruksikan pihak berwenang mengizinkan siswa kembali ke sekolah pada 2 Maret.

"Jika situasi COVID-19 terkontrol dengan baik dan tidak ada perkembangan rumit selanjutnya," demikian isi dokumen itu.

Meskipun Vietnam berusaha mengontrol virus korona dengan baik, beberapa pihak meyakini perlunya upaya lain, terutama dalam perdagangan hewan liar. Hewan-hewan liar diidentifikasi sebagai sebuah link yang memungkinkan penyakit mematikan berpindah ke manusia, serupa dengan apa yang terjadi saat wabah SARS terjadi pada 2002 dan MERS pada 2012.

Vietnam, sebagai tempat perdagangan dan konsumsi hewan liar, juga mengambil langkah serius dengan pertimbangan ini. Pada 28 Januari lalu, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, memerintahkan pelarangan impor hewan liar ke Vietnam.

Departemen Perlindungan Hutan juga memberlakukan pelarangan sementara pemintahan hewan liar keluar Vietnam hingga pemberitahuan lebih lanjut.

"Saat ini, tidak ada pelarangan langsung untuk konsumsi hewan liar, yang merupakan faktor pendorong dari dilakukannya perdagangan ilegal," kata Ben Rawson dari World Wildlife Fund.

Namun, semua hal itu tidak menjadi alasan Vietnam menurunkan standar keamanannya seperti Korea Selatan. Sejak Korea Selatan menjadi pusat virus korona terbesar di luar daratan China, Perdana Menteri Vietnam memerintahkan larangan kunjungan dari negara tersebut.

Pada Jumat (28/2/2020), Vietnam mengumumkan penangguhan sementara visa bagi warga negara Korea Selatan mulai Sabtu (29/2/2020). Di waktu yang sama, Vietnam juga mengumumkan bahwa wisatawan dari Iran dan Italia harus menjalani 14 hari karantina setelah kedatangan.

WHO di Vietnam juga menyatakan pertarungan melawan virus di negara tersebut masih jauh dari kata selesai. WHO menyuarkaan peringatan akan adanya peningkatan penularan global.

"Kita sedang berada di titik kritis dari wabah. Negara-negara, termasuk Vietnam, harus menggunakan waktu ini untuk mempersiapkan kemungkinan dari penularan yang lebih luas," ujar Kidong Park.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut