Wacana Aliansi Pertahanan Muslim Tantang Dominasi Barat di Timur Tengah
BEIRUT, iNews.id - Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al Sudani mengusulkan pembentukan aliansi pertahanan bersama antarnegara Muslim sebagai jawaban atas agresi Israel yang kian meluas di Timur Tengah. Wacana ini dinilai berpotensi mengubah peta geopolitik kawasan sekaligus menantang dominasi Barat, terutama Amerika Serikat, dalam arsitektur keamanan regional.
Al Sudani menegaskan, negara-negara Islam memiliki sumber daya militer dan politik yang cukup untuk membangun struktur keamanan kolektif.
“Tidak ada yang menghalangi negara-negara Islam untuk membentuk aliansi dalam bentuk struktur keamanan bersama untuk pertahanan,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Latar Belakang Serangan Israel ke Qatar
Usulan Irak ini muncul setelah serangan udara Israel ke Doha pada 9 September lalu yang menewaskan enam orang, termasuk lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar. Menurut Al Sudani, Qatar hanyalah target awal, sementara negara Muslim lain berisiko menghadapi agresi serupa di masa depan.
Selama ini, keamanan Timur Tengah sangat dipengaruhi oleh keberadaan militer dan kepentingan strategis Amerika Serikat. Namun, gagasan aliansi pertahanan Muslim bisa menggeser peran Barat dengan membentuk mekanisme keamanan mandiri di kawasan.
Jika terbentuk, aliansi ini dapat menjadi blok penyeimbang baru yang tidak hanya ditujukan untuk menghadapi Israel, tetapi juga menantang monopoli pengaruh AS dalam menentukan arah politik dan militer Timur Tengah.
Namun rencana itu tampaknya belum akan terwujud. Hasil KTT Islam-Arab yang digelar di Doha pada Senin lalu tak menyinggung pembentukan aliansi pertahanan itu.
Terkait respons serangan Israel, Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) akan mengaktifkan kembali pasukan pertahanan, tidak melibatkan negara lain. Selain itu Qatar juga memilih cara untuk menyelesaikannya melalui saluran-saluran resmi diplomatik untuk menekan Israel, ketimbang pendekatan militer.
Wacana Irak menambah dimensi baru dalam konflik regional: dari sekadar solidaritas politik menjadi potensi pembentukan poros pertahanan Islam. Jika terealisasi, aliansi ini bisa menjadi kekuatan baru yang mendefinisikan ulang keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.
Editor: Anton Suhartono