Waduh, Senjata dari Barat untuk Ukraina Dijual ke Pasar Gelap karena Tentara Tak Ngerti Pakainya
WASHINGTON, iNews.id - Mantan penasihat senior Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) Karen Kwiatkowski mengungkap senjata-senjata yang dipasok negara Barat untuk Ukraina dijual di pasar gelap. Penyebabnya, tentara Ukraina tak bisa menggunakan senjata-senjata canggih itu karena tak mendapatkan pelatihan.
Penyebab lain, kata dia, senjata masuk pasar gelap karena masalah pengiriman serta kurangnya personel angkatan persenjata.
"Mengingat bahwa barang-barang ini 'gratis', banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Menjual apa yang tidak dibutuhkan atau bisa digunakan dengan mudah. Kesempatan Ukraina untuk memanfaatkan 'hadiah' tersebut dibatasi oleh kurangnya pelatihan, tantangan logistik, serta jumlah tentara yang terus menyusut," kata purnawirawan Angkatan Udara (AU) dengan pangkat terakhir letnan kolonel itu, dikutip dari Sputnik, Kamis (7/7/2022).
Dia melanjutkan, beberapa senjata tiba dalam kondisi tidak lengkap serta ada peralatan yang tidak sesuai dengan taktik atau strategi perlawanan Ukraina. Ironisnya, lanjut dia, beberapa senjata kemungkinan jatuh ke tangan Rusia dan sekutunya yakni kelompok separatis di Donbass.
Bukan hanya itu, Kwiatkowski memperkirakan, senjata yang sudah digunakan tentara Ukraina sekali pun bisa dijual kemudian.
“Senjata yang dipasok AS yang lebih efektif, seperti rudal anti-tank Javelin, sistem roket artileri mobilitas tinggi M142 HIMARS, dan sistem peluncur roket M270 MLRS mungkin akan mulai muncul di pasar gelap begitu Ukraina memutuskan untuk merundingkan gencatan senjata dan penyelesaian dengan Moskow," kata Kwiatkowski.
Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu pada Selasa lalu mengatakan senjata yang dipasok negara Barat untuk Ukraina sudah ada yang dijual di pasar gelap bahkan sampai ke Timur Tengah.
Bahkan pemerintah Ukraina mengakui bantuan senjata asing telah dijual. Direktur Biro Keamanan Ekonomi Ukraina Vadym Melnyk mengatakan kepada stasiun televisi Ukraine24 pihaknya mengidentifikasi penjualan bantuan militer dan kemanusiaan Barat beberapa kali.
Editor: Anton Suhartono