Wapres JK Disambut Hangat saat Salat Jumat di Masjid Tertua Beijing
BEIJING, iNews.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menunaikan Salat Jumat di Masjid Dongzhimen, salah satu masjid tertua di Beijing, usai menghadiri pembukaan forkum kerja sama Belt and Road Forum (BRF) II.
JK memasuki masjid yang dibangun pada Dinasti Yuan (1271-1368) dan diteruskan pada masa Dinasti Qing (1644-1911) itu pukul 13.30 waktu setempat (12.30 WIB).
Duduk bersila di saf depan, JK diapit dua imam Masjid Dongzhimen yang masing-masing mengenakan jubah hitam dengan imamah putih di kepala.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu mengenakan stelan jas dan kopiah hitam itu tiba saat salah satu imam masjid menyampaikan tausiah dalam bahasa Mandarin.
Beberapa menit kemudian, azan kedua diperdengarkan dilanjutkan dengan dua khutbah Jumat yakni dibawakan oleh Imam Abdullah dalam bahasa Arab.
"Kami sangat senang sekali Bapak bisa hadir dalam Salat Jumat bersama di masjid ini," ujar Abdullah, sambil menyalami JK usai salat.
Dalam kesempatan itu, ketiga imam, yakni Abdullah, Ali, dan Hasan foto bersama Wapres di dalam masjid.
"Setiap Jumat, banyak orang Indonesia, baik dari kedutaan maupun pelajar yang salat di sini," kata Abdullah.
Sementara itu JK menyampaikan terima kasih kepada para imam masjid yang menyambutnya dengan hangat.
JK juga sempat melihat-lihat ornamen masjid beraksitektur khas Tiongkok yang atap dan rangkanya didominasi warna merah, kecuali bagian dinding dalam ruang utama yang berwarna putih.
Masjid Dongzhimen berjarak sekitar 3 kilometer dari Hotel Kempinski, tempat JK dan rombongan Indonesia menginap.
Jalan Dongzhimen Wai dan jalan raya ring III Beijing ditutup sementara saat JK dan rombongan berangkat dan pulang dari masjid menggunakan kendaraan tamu negara yang disediakan pemerintah setempat.
Di China terdapat sedikitnya 76.000 masjid yang kebanyakan dibangun pada masa kekaisaran.
Masjid-masjid tersebut didanai dan di bawah koordinasi pemerintah China. Para imam yang semuanya penduduk setempat dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah setempat.
Editor: Anton Suhartono