61.648 Warga Terdampak Banjir, Kabupaten Bekasi Tetapkan Status Tanggap Darurat
BEKASI, iNews.id - Banjir di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, melanda 16 kecamatan dan 51 desa hingga Rabu (5/3/2025). Banjir tersebut berdampak terhadap 61.648 jiwa, dan 48.207 di antaranya terpaksa mengungsi.
Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang mengatakan, berdasarkan data BPBD Kabupaten Bekasi wilayah yang paling parah terdampak banjir yakni Desa Sukamekar, Desa Buni Bakti, Desa Kedung Pengawas, serta beberapa desa di Kecamatan Cikarang Selatan, Setu, dan Cibarusah.
“Ada hikmahnya dari musibah ini. Kita jadi tahu ada rumah warga yang sudah tidak layak pakai. Ini akan masuk dalam program 100 hari kerja untuk perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu),” kata Ade usai meninjau lokasi banjir di Kampung Ranca Iga, Desa Cipayung, Cikarang Timur, Rabu (5/3/2025).
Ade memastikan status tanggap darurat sudah dinaikkan terkait banjir di wilayahnya, sehingga anggaran bisa segera dialokasikan untuk bantuan korban banjir.
“Dengan status ini, anggaran bisa langsung disalurkan kepada warga yang membutuhkan,” tuturnya.

Untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak banjir, Pemkab Bekasi telah menggerakkan dapur umum dan meningkatkan patroli keamanan di lokasi pengungsian, terutama bagi ibu hamil dan balita yang membutuhkan perhatian khusus.
Selain itu, distribusi bantuan akan lebih efektif dengan sistem pengantaran langsung ke rumah warga yang kesulitan mengakses posko bantuan.
“Jika ada warga yang kesulitan, kita akan distribusikan door-to-door,” ucap Ade.
Ade turut menyoroti buruknya tata ruang sebagai salah satu faktor yang memperparah banjir. Dia menilai, alih fungsi lahan yang tidak terkendali membuat daerah resapan air semakin berkurang.
“Jangan sampai lahan pertanian berubah jadi kawasan perumahan atau ruko secara sembarangan. Ini harus dianalisis lebih dalam agar tidak terus terulang,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi Dedy Supriyadi menegaskan bahwa seluruh sumber daya telah dikerahkan, termasuk semua OPD, PDAM, Baznas, PMI, serta pihak swasta yang berkontribusi dalam klaster logistik.
"Kami melibatkan semua potensi untuk membantu penanganan bencana ini, termasuk evakuasi warga dan penyediaan bantuan logistik," kata Dedy.
Dedy juga menyebutkan bahwa berdasarkan prediksi BMKG dan BNPB, intensitas hujan masih berpotensi meningkat, dengan puncak diperkirakan terjadi setelah 10 Maret 2025.
"Fenomena ini diduga sebagai bagian dari siklus lima tahunan. Meskipun cuaca di Bekasi cerah, banjir masih terjadi akibat kiriman air dari hulu, seperti dari Bogor," ucapnya.
Hingga saat ini, evakuasi warga masih berlangsung di beberapa titik. Para pengungsi sementara ditempatkan di kantor desa, kantor kecamatan, serta aula yang disediakan.
Pemerintah juga telah memetakan infrastruktur yang terdampak, termasuk jembatan di Jatiwangi, Cikarang Barat, yang mengalami kerusakan sepanjang 20 meter.
"Sebagai solusi sementara, kita akan menyewa jembatan besi menggunakan dana tanggap darurat (BTT), agar aktivitas masyarakat tetap berjalan," ucapnya.
Selain itu, Pemkab Bekasi juga terus memantau kondisi sungai dengan sistem peringatan dini (early warning system) yang dimiliki BPBD. Pemkab juga terus berupaya menangani dampak banjir dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk TNI-Polri, relawan lingkungan, dan organisasi kebencanaan.
Editor: Aditya Pratama