Diteror Bom Molotov, Kapitra: Ini Mungkin terkait Aktivitas Politik
JAKARTA, iNews.id – Rumah mantan pengacara Habib Rizieq Syihab yang juga calon anggota legislatif (caleg) DPR dari PDIP, Kapitra Ampera, diteror. Dua bom molotov dilemparkan ke garasi rumahnya, Senin (6/8/2018) malam.
Kapitra mengaku tidak ada korban luka dalam peristiwa itu. Semua anggota keluarganya selamat. Kendati demikian, pembantu rumah tangganya shock berat.
”Petugas dari Polres Jakarta Selatan telah tiba dan langsung melakukan olah TKP,” ujar Kapitra kepada iNews.id, Senin (6/8/2018) malam.
Dia menuturkan, teror bom molotov terjadi sekitar pukul 19.20 WIB. Saat itu dirinya sedang menunaikan salat isya di rumahnya, Jalan Tebet Timur Dalam 8 nomor 16, Jakarta Selatan.
Pelaku datang dan melemparkan dua bom molotov. Satu bom meledak, lainnya tetap utuh. Pelaku pelemparan telah dikenali berdasarkan identifikasi dari kamera tersembunyi (CCTV).
Kapitra mengaku tidak tahu motif teror bom itu. Namun dia menduga terkait dengan aktivitas politiknya. ”Bisa jadi karena itu, sangat mungkin,” kata dia.
Ditanya apakah ini terkait dengan keputusannya bergabung dengan PDIP? Kapitra tak menampiknya. ”Ya, mungkin saja. Tapi nanti biar polisi yang menyelidki,” kata dia.
Untuk diketahui, pernah dikenal sebagai pengacara Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Syihab, Kapitra mendadak jadi caleg dari PDIP. Sempat membantah, bahkan sesumbar tidak tahu kalau dirinya jadi caleg, Kapitra akhirnya mengakui.
Dalam konferensi pers yang digelarnya di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (24/7/2018), Kapitra mengaku telah mempertimbangkan matang untuk maju caleg. Dia bahkan relah dipanggil “cebong”.
Kapitra mengaku siap menerima segala risiko atas keputusannya menjadi caleg lewat PDIP. Dia pun mengaku siap mendapat caci-maki lantaran pilihannya tersebut. Pria yang pernah mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Barat (Pilgub Sumbar) 2005 itu menganggap langkah yang diambilnya saat ini sebagai salah satu upaya untuk membela para ulama.
“Saya masuk PDIP (ingin) membela ulama, membela Indonesia, karena Indonesia ini terdiri dari pulau dan ratusan suku dan bermacam agama. Jadi, di situ kesatuan yang tidak boleh dipisah,” ucapnya.
Editor: Zen Teguh