Geng Motor Kembali Berulah di Jakarta Barat, Ini Kata Psikolog
JAKARTA,iNews.id – Aksi brutal geng motor kembali terjadi. Kali ini, pelaku yang rata-rata masih di bawah umur membegal seorang pengendara motor. Korbannya adalah Bayu Ardiansyah (17), warga Jakarta Barat.
Kasus pembegalan terjadi saat korban sedang mengendarai sepeda motor sekitar pukul 03.00 WIB. Saat melintas di Jalan Tanjung Duren, Grogol, Petamburan, Bayu dipepet delapan remaja yang saling berboncengan motor.
Lantaran takut, korban pun berusaha kabur. Namun, upaya Bayu tersebut justru membuat kedelapan pelaku semakin beringas. Mereka mengeluarkan golok sambil mengacungkan ke arah korban.
Bayu pun berhenti dan menuruti permintaan pelaku. Sepeda motor yang dinaikinya dia serahkan dan lari meninggalkan pelaku.
“Mereka beramai-ramai sambil mengacungkan senjata tajam mengancam korban,” kata Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren AKP Renza Aktadevia, Jumat (5/1/2018).
Para pelaku kemudian kabur bersama motor rampasan milik Bayu. Korban pun melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Tanjung Duren.
Setelah menyisir lokasi kejadian, polisi berhasil menangkap dua pelaku RPP (17) dan JH (16) sedang nongkrong di depan minimarket Jelambar, Grogol, Petamburan Jakarta Barat. Keduanya saat ini masih dalam pemeriksaan di Polsek Tanjung Duren.
Menanggapi maraknya aksi brutal geng motor di Jakarta dan sekitarnya, Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumawardhani mengatakan, ada fenomena mutasi geng motor dari suka tawuran ke perilaku tindak kriminal. Diduga pergeseran itu hanya sekedar untuk mencari nilai heroisme bagi kelompok mereka. Tujuannya tidak lain agar lebih dikenal.
“Kalau tawuran sudah mereka anggap biasa dan banyak dilakukan geng motor lain, mereka akan mencari tindakan yang lebih beresiko tinggi melanggar hukum,” kata Reni.
Menurut Reni, remaja yang terlibat geng motor biasanya merasa terpinggirkan oleh lingkungannya. Misalnya di dalam keluarga, mereka tidak bisa membangun identitas diri yang sehat lantaran tidak ada figur orangtua.
“Kalau ada orangtua, harus lebih serius untuk menjadi teladan para remaja. Dengan demikian, remaja bisa menemukan figur yang baik,” ujar Reni.
Editor: Khoiril Tri Hatnanto