Ibu Hamil di Tangsel Dipaksa Isolasi, Keluarga Protes Swab Tak Akurat
TANGSEL, iNews.id - Pengalaman pahit dialami seorang ibu hamil berinisial EF (36) di Kampung Setu, Tangerang Selatan (Tangsel). Kesalahan informasi dari hasil swab menyebabkannya harus menjalani isolasi saat proses persalinan.
Kronologis kejadian diceritakan oleh FR (41), kakak kandung dari EF. Semula adiknya yang tengah hamil besar itu kontrol ke Puskesmas Setu, lalu di sana dia diminta swab antigen karena mengeluh tak enak badan.
"Awalnya Hari Rabu tanggal 9 (Februari), tujuannya itu periksa Posyandu. Tapi karena gelagat adik saya kondisinya kurang baik, dokter menyuruh swab, dan hasilnya positif," katanya, Rabu (16/02/22).
Selanjutnya, EF meminta rekomendasi untuk persalinannya di Rumah Sakit Buah Hati. Puskesmas pun meminta agar suami EF berinisial WH ikut menjalani swab antigen lebih dulu sebelum menjalani persalinan.
"Begitu hari Jumat (11 Februari), minta rekomendasi untuk rujukan lahiran ke rumah sakit, nggak dikasih jawaban sama dokter Puskesmas tersebut," tutur FR.
Pada Jumat malam, tiba-tiba EF mengeluh mulas pada perutnya. Ternyata air ketuban telah keluar, hingga keluarga melarikannya langsung ke Rumah Sakit Buah Hati.
"Jam 9 malam keluar ketuban, kita bawa ke rumah sakit. Kan harus di caesae, maka aturan SOP-nya diswab dua-duanya. Ternyata hasilnya negatif antigennya. Terus masuk ruang operasi dan Al-hamdulillah keluar bayinya jam setengah 12 malam," ucapnya.
Kemudian pagi harinya, Sabtu 12 Februari, pihak Puskesmas menanyakan lagi ke suami EF soal statusnya yang positif sebelumnya. "Dokter Puskesmas nanyain lagi, udah ngasih tahu rumah sakit belum kalau EF ini pasien positif?. Suaminya ini terus tanya balik karena hasil swab antigen rumah sakit justru negatif, tapi nggak dijawab," katanya.
Tak beberapa lama, tiba-tiba pihak dokter dan perawat Rumah Sakit Buah Hati mendatangi pasien EF yang masih terbaring lemas di kamar perawatan. EF dan suami pun ditegur karena dianggap menutupi statusnya yang positif.
"Setelah wa-an tersebut, dokter rumah sakit saam ssuter marah-marahin adik saya, ngomel-ngomel. Bilang kita kecolongan nih, begini-begni, pasien Covid. Sumber dokter itu dari Puskesmas, bahwa EF ini pasien positif," ujarnya.
Selanjutnya, saat itu juga EF diharuskan test PCR oleh rumah sakit. Dia pun dipindah dari ruangan perawatan umum ke ruangan isolasi. "Akhirnya pada saat itu dipindahin, EF ini langsung di PCR. Dia dimasukkin ruang isolasi, ruangan itu nggak layak," paparnya lagi.
Keesokan harinya, Minggu 13 Februari, hasil swab PCR keluar dengan hasil negatif Covid. Saat itu bertepatan dengan selesainya masa perawatan di rumah sakit. Pada sore hari, EF dan bayinya pun dibawa pulang ke rumah.
"Hasilnya negatif. PCR itu keluarnya pas mau pulang. Nggak dipindah lagi (ruang isolasi), karena pas mau pulang kan," ucapnya.
Kejadian itu membuat keluarga pasien kecewa dan melampiaskannya dalam selembar surat yang ditujukan ke beberapa instansi. Pihak Puskesmas sudah mendatangi kediaman EF dan menyatakan permintaan maaf langsung.
"Intinya saya sudah melayangkan surat secara formal, saya melaporkan ini kepada kepala dinas (Kesehatan), Ketua DPRD, BKPP, dan wali kota," tuturnya.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq