JAKARTA, iNews.id - Nama Muara Angke berasal dari lokasinya di hilir Kali Angke dan konon diambil dari nama seorang panglima perang Kerajaan Banten, Tubagus Angke. Lokasinya berdekatan dengan tempat pelelangan ikan (TPI) Muara Karang di Jakarta Utara.
Muara Angke kini menjadi pelabuhan terpadu di Jakarta. Wilayah itu juga dikenal sebagai kampung nelayan.
Israel Langgar Gencatan Senjata, Habisi Pemimpin Militer Hizbullah via Serangan Udara
Melansir dari situs resmi DPRD DKI Jakarta, Selasa (23/7/2024), wilayah ini dianggap angker dan tidak ada yang berani tinggal di sini.
Nelayan dari Makassar dan Banten diduga menjadi kelompok pertama yang menembus wilayah ini. Muara Angke yang dulu dipenuhi hutan bakau dikenal sebagai tempat persembunyian perompak.
Sejarah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Latar Belakang dan Isinya
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Banten mengirim pasukan untuk membantu Kerajaan Demak melawan benteng Portugis di Sunda Kalapa. Pasukan ini bermarkas di pinggir sungai yang kemudian dikenal sebagai Kali Angke. Muara sungai ini menuju Laut Jawa, sehingga tempat tersebut dikenal sebagai Muara Angke.
Angke diduga berasal dari bahasa Hokkian, dengan 'Ang' berarti merah dan 'Ke' berarti sungai. Hal ini terkait dengan peristiwa pada tahun 1740 ketika Belanda membantai sekitar 10.000 orang China di Glodok dan membuang mayat-mayat mereka ke sungai, mengubah air Kali Angke menjadi merah karena darah.
Sejarah Jakarta: Pernah 10 Kali Ganti Nama, Sebentar Lagi Tak Berstatus Ibu Kota
Ada pula yang menyebut Anke berarti sungai yang dalam. Muara Angke juga memiliki hutan bakau seluas 25,02 hektare yang kini menjadi Suaka Margasatwa Angke, rumah bagi sekitar 90 jenis burung. Ada pula Taman Wisata Alam Angke, hutan bakau seluas sekitar 170,60 hektare.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku