Kisah Anak-Anak Kolong Tol Ancol Belajar di Tengah Keterbatasan saat Pandemi
JAKARTA, iNews.id – Pandemi Covid-19 mengharuskan anak-anak di zona merah belajar dari rumah. Sampai saat ini mereka belum bisa masuk sekolah.
Banyak sekolah memilih menerapkan pembelajaran daring untuk menghindari kontak fisik antara guru dan siswa, serta antarsiswa dalam pencegahan Covid-19. Faktanya, cara belajar yang menuntut adanya gawai dan koneksi internet ini tidak mudah dijalankan semua anak, terutama warga miskin. Salah satunya anak-anak yang tinggal di sekitar Lodan Ancol, Jakarta Utara.
Mereka siswa Sekolah Darurat Kartini, sekolah gratis yang didirikan Ibu Guru Kembar. Seperti lainnya, mereka juga harus belajar jarak jauh di masa pandemi saat ini. Bukan persoalan mudah. Sebab, sebagian besar anak-anak marjinal ini tak punya apa-apa untuk belajar di rumah, karena selama ini memang semua kebutuhan makan dan alat belajar disiapkan gurunya.
Namun, tidak berarti mereka berhenti belajar. Walau tidak pernah tersentuh bantuan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, apalagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), mereka semangat belajar di sekitar rumah mereka di kolong tol.

Sang guru tetap mengajar secara daring. Caranya beberapa orang tua diberi ponsel dan pulsa. Dengan demikian mereka bisa membuka Facebook menonton langsung tayangan belajar yang setiap hari disampaikan gurunya dari rumah.
“Selama pandemi ini, anak miskin ini berjuang sendiri dengan caranya, tanpa ada bantuan apapun untuk mereka. Untungnya sebagian orang tua bisa diajak kerja sama” ujar Adjat Wiratma salah satu guru di sekolah ini, Kamis (30/7/2020).
Melalui media sosial Ibu Guru Kembar, Rossy dan Rian, mengajar setiap hari dari pukul 08.00-11.39 WIB. Seminggu sekali sambil memberikan bantuan sembako, evaluasi langsung dilakukan dengan jumlah anak terbatas bergantian bisa mendapatkan arahan langsung gurunya.
“Kalau sekolah negeri ada bantuan ini itu, tapi untuk anak-anak marjinal di Ibu Kota ini tidak ada perhatian sama sekali, kami tetap mengajar sesuai yang kita bisa lakukan,” ujar Ibu Guru Kembar.
Kendati proses belajar dan pemahaman siswa pada pelajaran model ini tidak 100 persen efektif, namun setidaknya cara ini bisa dilakukan untuk tetap memberikan hak belajar anak. Anak-anak di kolong tol itu pun tetap antusias untuk belajar terutama yang didukung orang tuanya untuk anak tetap belajar tidak mengemis di jalan.
Editor: Zen Teguh