Kisah Para Pencari Suaka Hidup di Trotoar Jalan Kebon Sirih Jakarta
JAKARTA, iNews.id, – Selembar kain dihamparkan di atas terpal trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Di atasnya beberapa bayi tertidur pulas. Terik matahari terasa begitu menyengat. Beruntung dedaunan pohon menahan panas sehingga sang bayi tak terusik.
Di dekatnya, segerombolan perempuan bercengkerama. Seakan tak memedulikan bising kendaraan dan pandangan para pejalan kaki, mereka yang beratapkan payung itu tetap melewati hari-hari penuh harap.
Sekelompok pria juga tak jauh dari sana. Mereka juga hanya berbincang. Terkadang saling tertawa.
"Saya dari Afganistan. Sejak tiga hari lalu di sini. Sebelumnya saya di Kalideres sama keluarga selama satu tahun dan sejak tiga hari belakangan, kami di sini," kata perempuan yang mengaku bernama Parisa, Kamis (4/7/2019).

Parisa dan sejumlah perempuan serta pria di trotoar Jalan Kebon Sirih, tepatnya dekat Masjid Al Makmur itu tak lain para pencari suaka. Sudah tujuh hari mereka hidup di jalanan karena tak lagi memiliki uang untuk menyewa tempat tinggal.
Parisa dan para pencari suaka itu sebelumnya menetap di depan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta, Kalideres, Jakarta Barat. Untuk keperluan sehari-hari, puluhan orang ini hanya mengandalkan makanan pemberian masyarakat.
Untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK), mereka mengandalkan toilet masjid. Tak banyak aktivitas dilakukan. Di kala siang, para laki-laki umumnya berteduh di bawah pohon dan berbincang satu sama lain.
Begitu pula para perempuan. Di bawah payung mereka mengobrol dan menjaga anak-anak atau bayinya. Jika mengantuk, mereka begitu saja merebahkan tubuhnya di atas hamparan tikar sederhana di atas trotoar. Adapun saat malam tiba, sejumlah tenda lusuh didirikan sebagai tempat beristirahat.
Pencari suaka asal Afghanistan tidur di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta. (Foto: Antara/Galih Pradipta).
Parisa mengaku enggan dikembalikan ke negaranya. Afghanistan, kata dia, sedang dilanda kecamuk perang.
"Saya ingin memiliki rumah untuk tinggal seperti orang lain untuk tidur. Tidak ada orang yang mau seperti ini. Saya gak mau ke Afganistan karena di sana perang. Saya mau tempat yang aman," katanya.
Parisa tak peduli dengan pandangan banyak pejalan kaki atau pengendara yang hilir mudik di Jalan Kebon Sirih. Mereka kini berharap ada pertolongan dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Editor: Zen Teguh