JAKARTA, iNews.id – Sentra produksi tahu di Cipayung, Jakarta Timur kini berkembang pesat. Semua itu berjalan berkat sentuhan BRI yang terus membina pada perajin tahu.
Total jumlah perajin di sentra produksi tahu tradisional Cipayung kini mencapai 50 orang dengan skala besar dan kecil. Mereka semuanya merupakan nasabah setia BRI.
Venezuela Sahkan Undang-Undang Hukuman Berat bagi Pendukung Blokade AS
Salah satu perajin tahu di Cipayung, Osid Rosid (57) mengatakan, dirinya pindah ke sentra tahu di Cipayung pada 2003 lalu.
Osid menuturan, sebelum menetap di sentra tahu Cipayung, dirinya sempat berpindah-pindah lokasi.
BRI Microfinance Outlook 2024, Jokowi Apresiasi Peran BRI Memberdayakan UMKM
"Awalnya di Utan Kayu, lalu pindah ke Pejaten dan kini di Cipayung. Memutuskan di Cipayung karena menekan biaya operasional. Sebab, biaya sewa tempat lebih murah di sana," kata Osid Rosid kepada iNews.id, Jumat (8/3/2024).
Pria asal Ciamis, Jawa Barat itu menuturkan, proses pembuatan tahu sejak dulu hingga saat ini tidak ada yang berbeda hampir karena semua peralatan yang dipakai masih tradisional.
Untuk membuat tahu, terlebih dahulu kedelai direndam selama tiga jam. Setelah itu, kedelai direbus kemudian baru proses giling menggunakan mesin penggilingan modern.
Kedelai yang sudah digiling kemudian kembali direbus di atas tungku besar dan diberi bibit dengan bahan bakar kayu hingga sari kedelai keluar.
Menurut Osid, dirinya mendapat ilmu pembuatan tahu ketika masih bekerja di pabrik tahu wilayah Pejaten.
Menurut Osid, dalam sehari pabrik tahu miliknya menghabiskan sekira 2,5 kuintal kedelai sekali produksi. Bahan baku kedelai itu dipasok dari koperasi paguyuban tahu dengan harga Rp1,3 juta per kuintal. Dalam sebulan, Osid menghabiskan sekitar 7,5 ton kedelai untuk produksi tahu miliknya.
Dalam pembuatan tahu tersebut, Osid dibantu 6 pekerja termasuk dua anaknya. Mereka juga ikut memasarkan tahu ke beberapa pasar atau pelanggan tetap.
Ajukan Kredit ke BRI
Langkah hijrah Osid ke Cipayung ternyata semakin membuka jalan suksesnya. Produksi tahunya terus bertambah pesat hingga pernah mencapai 3,5 kuintal kedelai per hari sebelum diterpa Covid-19.
Osid pun mulai berani mengajukan kredit ke BRI untuk pengembangan usahanya. Nilainya juga semakin bertambah besar dari tahun ke tahun. Dari semula hanya Rp4 juta di 1995, Osid kini bisa mendapatkan dana dari BRI senilai Rp280 juta.
"Awal pinjamannya Rp4 juta, itu tahun 1995. Terus naik dapat Rp7 juta dan naik lagi Rp17 juta. Sekarang pinjamannya sudah Rp280 juta jangka waktu lima tahun," katanya.
Pinjaman itu dia maksimalkan untuk menambah modal usaha tahu, karena sudah banyak permintaan."Pinjam untuk tambahan modal dan membuka usaha lain di kampung (Ciamis) seperti tambak ikan gurame," ujarnya.
Selain Osid, perajin tahu lainnya Mardi menuturkan sudah menekuni usaha tahu sejak 1998 di Cipayung. Awalnya, dia hanya membantu kedua orang tuanya sejak remaja.
“Waktu kecil saya tinggal di Cipinang, suka bantu bapak bikin tahu. Sejak umur 13 tahun sudah ikut bikin tahu,” katanya.
Berbekal pengalaman dan pengetahun yang diperoleh otodidak itu, Mardi kini memberanikan diri membuka produksi tahu sendiri.
Meski masih skala kecil dengan produksi 25 kg-30 kg kedelai per hari, Mardi bersyukur usaha tahunya berjalan lancar hingga sekarang. Bahkan, dia mampu mempekerjakan dua karyawan.
“Saya juga ikut jual tahu ke warung-warung sama ke pelanggan tetap,” ucapnya.
Mardi pun mengajukan pinjaman ke KUR BRI untuk mengembangkan usaha tahunya. “Saya dapat KUR Rp30 juta untuk jangka waktu 3 tahun. Sekarang dapat Simpedes Rp25 juta,” ucapnya.
Program Pendampingan
Kepala Kantor Unit Cipayung BRI Husnul Fuad mengatakan, ada 1.898 debitur di wilayah kerjanya. Sebagian besar merupakan pelaku UMKM.
Fuad mengatakan, ada tiga klaster usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi nasabah BRI, yakni klaster tahu, klaster tempe, dan klaster bakso aci. Klaster tahu menjadi yang paling besar dari tiga klaster yang ada.
Dia menuturkan, di BRI itu ada program UMKM naik kelas, pendampingan nasabah mulai dari produksi, packaging, sampai dengan proses cara pemasarannya. Pendampingan tersebut dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.
"Biasanya dari kantor wilayah datang ke sini untuk menyosialisasikan kepada nasabah, mulai dari packaging dan lain-lainnya. Di sini cara produksinya, lalu legalitas usaha, dan cara mempromosikan di media sosial," katanya.
Fuad menambahkan, nilai pinjaman yang ditawarkan BRI kepada nasabah Kupedes berkisar antara Rp500.000 hingga Rp500 juta. Proses pengajuan pinjaman pun terbilang mudah dan singkat. Bunga pinjaman juga relatif kecil, yakni 0,6 persen per bulan.
Menurut Fuad, BRI akan terus membiayai sektor-sektor UMKM, utamanya di wilayah Cipayung, Jakarta Timur.
Hal itu dilakukan dengan memperluas jaringan Unit Co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro) dan memperdalam layanan produk dan jasa keuangan formal yang semakin lengkap.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, sudah menyiapkan strategi perseroan untuk mendorong pertumbuhan kredit secara agresif di tahun 2024.
"Kalau tahun 2023 lalu BRI tumbuh kreditnya 11,2%, kemudian BRI ingin tetap tumbuh agresif di 2024, yakni 10-11% dari nominal ribuan triliun," kata dia.
Editor: Kastolani Marzuki
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku