Mengenal Suwiryo, Wali Kota Pertama Jakarta

JAKARTA, iNews.id - Raden Suwiryo, tokoh pergerakan Indonesia dan kepala daerah pertama Jakarta, memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Terutama pada masa pendudukan Jepang.

Pria kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, pada 17 Februari 1903 ini, sebelumnya menjabat sebagai wakil wali kota I, sementara posisi wali kota ditempati oleh seorang pejabat Jepang bernama Tokubetsyu Sityo dan Baginda Dahlan Abdullah sebagai wakil wali kota II.

Negara NATO Ini Ingin Beli Rudal yang Mampu Menghancurkan Rusia

Dikutip dari buku "Suwirjo, Walikota Jakarta Raya Pertama, Kamis (20/6/2024), ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Sukiman.

Meskipun tidak menyelesaikan studinya di Rechtshogeschool setelah menamatkan AMS, ia tetap aktif dalam berbagai bidang, termasuk bekerja di Centraal Kantoor voor de Statistik, mengajar di Perguruan Rakyat, memimpin majalah Kemudi, serta menjadi pengusaha obat di Cepu, Jawa Tengah.

Karier politik Suwiryo dimulai dari keterlibatannya dalam perhimpunan pemuda Jong Java dan PNI. Setelah PNI bubar pada 1931, ia turut mendirikan Partindo. Pada masa pendudukan Jepang, Suwiryo aktif di Jawa Hokokai dan Putera. Ia memulai jabatannya sebagai wali kota pada Juli 1945, di mana ia secara diam-diam melakukan nasionalisasi pemerintahan dan kekuasaan kota.

Pada 10 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Berita kekalahan ini ditutupi oleh Jepang, namun Suwiryo dengan berani menyampaikan kekalahan tersebut kepada masyarakat Jakarta dalam sebuah pertemuan.

Hal ini memicu demam kemerdekaan di Ibu Kota, mendorong Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Pada 19 September 1945, kekuasaan beralih dari Jepang dan Suwiryo ditunjuk sebagai wali kota Jakarta pada 23 September 1945.

Suwiryo berperan penting dalam terselenggaranya proklamasi kemerdekaan di kediaman Bung Karno pada 17 Agustus 1945, meskipun awalnya direncanakan di Lapangan Ikada (sekarang Monas). Setelah proklamasi, pada 17 September 1945, Suwiryo bersama para pemuda menggerakkan massa menghadiri rapat raksasa di lapangan Ikada untuk menunjukkan tekad mempertahankan kemerdekaan.

Suwiryo sempat ditangkap oleh pasukan NICA pada 21 Juli 1947 di kediamannya di kawasan Menteng. Setelah disekap selama lima bulan di Jalan Gajah Mada, ia dipindahkan ke Semarang dan kemudian ke Yogyakarta, di mana ia disambut oleh Panglima Besar Sudirman dan ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri RI sebagai pimpinan Biro Urusan Daerah Pendudukan (1947-1949).

Pada September 1949, Suwiryo kembali ke Jakarta sebagai wakil Pemerintah pada Republik Indonesia Serikat (RIS). Presiden RIS Sukarno mengangkatnya kembali sebagai wali kota Jakarta Raya pada 17 Februari 1950. Pada 2 Mei 1951, Suwiryo diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo, dan jabatan wali kota digantikan oleh Syamsurizal dari Masyumi.

Setelah berhenti menjadi Wakil Perdana Menteri, Suwiryo diperbantukan di Kementerian Dalam Negeri dan kemudian menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum serta Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo.

Raden Suwiryo meninggal pada 27 Agustus 1967 pada usia 64 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Warisannya sebagai tokoh pergerakan dan pemimpin pertama Jakarta tetap dikenang hingga kini.

Editor: Muhammad Fida Ul Haq