Mudik Dibolehkan Lagi, Porter Stasiun Pasar Senen Bisa Kembali Bekerja dan Bertemu Rekan Seprofesi

JAKARTA, iNews.id - Dibolehkannya lagi mudik pada lebaran tahun ini menjadi berkah bagi para pengangkut barang atau porter Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Kini mereka kembali mendapatkan pendapatan dari pemudik setelah dua tahun sebelumnya hanya di rumah saja.

Koordinator porter Stasiun Pasar Senen, Amri, bahkan mengaku baru bisa kembali menjumpai kawan-kawan seprofesinya.

Baca Juga

Putin: Ukraina Dipimpin oleh Geng Kriminal yang Duduk di Toilet Emas

"Alhamdulillah kita bisa kumpul bersama lagi. Bisa ada pendapatan. Nggak seperti tahun-tahun kemarin ya, di rumah semua selama dua tahun. Sekarang sudah kembali lagi, dan pemasukan ada gitu," ujar Amri kepada MPI, Sabtu (23/4/2022).

Berprofesi sebagai porter menurutnya bukan pekerjaan yang mudah. Setiap porter harus bekerja keras mencari penumpang yang akan dibantu dibawakan barangnya.

Baca Juga

Pemudik di Pelabuhan Pantoloan Palu Melonjak 100 Persen

Menurut Amri, jumlah porter di Stasiun Senen juga cukup banyak. Ada 175 porter yang siap siaga mengangkat barang penumpang kereta api. Dengan jumlah porter yang begitu banyak, setiap porter bekerja keras untuk mendapatkan pemasukan.

"Kita satu shift dibagi. Kalau kita sekarang yang bertugas pukul 07.00 WIB pagi, ada 87 orang. Yang pukul 19.00 WIB kurang lebih ada 86 atau 87 orang juga. Ya kira-kira 175 orang kami stand by," katanya.

Pendapatan porter Stasiun Pasar Senen juga tidak menentu. Seorang porter ditarifkan seikhlasnya karena tidak mematok harga yang pasti untuk setiap jasanya.

"Kadang dikasih lebih kita sudah senang," kata Amri.

Selama pandemi Covid-19 serta larangan mudik dua tahun sebelumnya, para porter mencari cara untuk bertahan hidup. Mereka ada yang melakoni profesi sebagai petani hingga bekerja jadi ojek online.

"Ya saya senang bisa ketemu kembali setelah dua tahun nggak ketemu teman dan bisa bersilaturahmi. Alhamdulillah pendapatan mulai ada lagi, ibarat sebuah kompor bisa panas kembali," ujar Amri.

Editor: Reza Fajri