Sejarah Cijantung Tempat Markas Kopassus Berada, Dulu Hutan Belantara yang Butuh 3 Hari Ditembus
JAKARTA, iNews.id - Nama Cijantung sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur lekat dengan keberadaan pasukan elite TNI AD yaitu Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Ternyata dahulu Cijantung merupakan hutan belantara di zaman kolonial Belanda.
Saking lebatnya, konon perlu waktu tiga hari untuk menembus hutan di Cijantung dari Jatinegara, daerah yang sama-sama berada di Jakarta Timur. Kini kawasan Cijantung sangat berkembang dengan penduduk yang cukup padat.
Keberadaan Kopassus di Cijantung bermula saat pemindahan unsur-unsur tempur Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1959. Terdapat beberapa anggota grup Kopassus yang bermarkas di Cijantung, yakni Batalyon 22/Manggala Yudha, Batalyon 31/Eka Sandhi Yudha Utama, Batalyon 32/Apta Sandhi Prayudha Utama, Batalyon 33/Wira Sandhi Yudha Sakti, serta Satuan 81/Penanggulangan Teror yakni Batalyon 811/Aksi Khusus, dan Batalyon 812/Bantuan Khusus.
Tak heran bila dulu nama Cijantung cukup angker di telinga masyarakat. Sampai-sampai muncul istilah main ke Cijantung sama dengan main ke kandang macan.
Dulu markas Korps Baret Merah itu memang cukup menyeramkan, namun kini masyarakat sudah cukup leluasa memasuki kawasan Cijantung. Bahkan kini berbagai fasilitas di sana bisa dinikmati oleh masyarakat umum secara gratis.
Cijantung memiliki luas wilayah 2,37 km persegi. Cijantung berbatasan dengan Kelurahan Gedong di sebelah Utara; Tanjung Barat, Jakarta Selatan di sebelah Barat; Kelurahan Susukan Ciracas di sebelah Timur; dan Kelurahan Kalisari di sebelah Selatan.
Berdasarkan berbagai literatur sejarah, Cijantung berasal dari nama sebuah anak Sungai Ciliwung yang berhulu di Areman, dekat Kelapadua sekarang. Dikutip dari laman https://bataviadigital.perpusnas.go.id, kawasan Cijantung sudah berpenghuni sejak awal abad ke-17.
Kapten Frederik H Muller memimpin ekspidisi pasukan kompeni pertama menjelajah daerah sebelah Selatan yakni Meester Cornelis (sekarang Jatinegara). Hutannya yang lebat kala itu sudah dibuka setahun sebelumnya oleh Cornelis Senen, seorang anak orang kaya keturunan Portugis dari pulau Lontar. Cornelis Senen memiliki kebun besar di kawasan Ciliwung.
Ekspedisi Frederik H Muller dilakukan karena terdorong oleh berita-berita tentang adanya gerombolan orang Mataram di daerah pedalaman, serta adanya jalan darat yang biasa digunakan oleh orang-orang Banten ke Priangan, melalui Muara Beres di tepi Ciliwung.
Perjalanan Kapten Muller dari Kastil Batavia ke Cijantung dimulai 4 November 1657 bersama pasukannya yang terdiri atas 14 orang serdadu kulit putih dan 15 orang Mardijker dengan dipandu oleh 10 orang pribumi.
Setelah berjalan selama tiga hari dengan susah payah merambah hutan, menyusur tepi Ciliwung, barulah mereka sampai di Cijantung. Ternyata kawasan itu telah dihuni oleh 12 umpi di bawah pimpinannya bernama Prajawangsa (De Haan 1911).
Editor: Rizal Bomantama