Sejarah Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok hingga Asal Usul Penamaannya
JAKARTA, iNews.id - Sejarah pembangunan pelabuhan Tanjung Priok berkaitan erat dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu, pemerintah Belanda yang mengembangkan pelabuhan tersebut untuk tujuan komersial.
Pelabuhan Tanjung Priok akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Kendati demikian, pelabuhan tersebut sebenarnya sudah ada sejak zaman penyebaran Hindu di Pulau Jawa.
Adapun sejarah panjang pelabuhan Tanjung Priok yang patut diketahui adalah sebagai berikut.
Pembangunan pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada tahun 1877, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881).
Saat itu, perencana pelabuhannya adalah Ir J.A.A Waldrop yang merupakan insinyur asal Belanda dan pelaksananya adalah Jr J.A. de Gelder yang merupakan insinyur perairan.
Tujuan pembangunan pelabuhan Tanjung Priok ini adalah untuk menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa di muara Ciliwung yang sudah tidak bisa menampung peningkatan lalu lintas perdagangan lagi.
Peningkatan itu terjadi akibat pembukaan Terusan Suez.
Terlebih, sungai Ciliwung saat itu menjadi dangkal karena penuh dengan lumpur dan lahar. Kondisi tersebut disebabkan oleh letusan gunung Salak yang terjadi pada 1699.
Oleh sebab itu, tak ada pilihan lain bagi pemerintah Belanda untuk membangun pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan tersebut akhirnya selesai pada tahun 1866 dan aktivitas dari pelabuhan Kali Ciliwung dipindahkan.
Lalu pada pembangunan pelabuhan II, Belanda memulainya di tahun 1914 dengan pemborong bernama Volker. Pelabuhan yang selesai dibangun di tahun 1917 tersebut memiliki panjang 100 meter dan kedalaman air 9,5 meter LWS.
Di tahun yang sama, dibangun pula fasilitas berupa stasiun kereta Tanjung Priok. Oleh sebab itu, Volker membuat bendungan bagian luar yang diperpanjang dengan lebar kade 15 meter untuk double spoor kereta api dan kran-kran listrik.
Berlanjut di tahun 1921, pembangunan pelabuhan III kembali dilakukan, Walaupun sempat terhenti dan kembali dilaksanakan pada 1929, pelabuhan tersebut akhirnya selesai dibangun pada 1932 dengan panjang kade 550 meter di sebelah barat.
Saat masa penjajahan Jepang, pelabuhan Tanjung Priok diambil alih dari Belanda dan dikuasai oleh Djawa Unko Kaisya yang berada di bawah Kaigun atau Angkatan Laut Jepang.
Sayangnya, kondisinya saat itu rusak parah akibat penyerangan oleh Belanda pada 7 Maret 1942.
Karena itulah, Jepang berinisiatif untuk memperbaiki kondisi pelabuhan dan fasilitas yang rusak. Mereka menggerakkan tenaga Romusha untuk melakukannya.